Andiyani Achmad

Jumat, 07 November 2025

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Sadar gak sih kalian, kalau hidup terasa seperti lomba yang gak pernah selesai.

Semua orang bergerak cepat, seperti ada garis finis yang harus dikejar, tapi tidak ada yang benar-benar tahu di mana garis itu berada. Untuk waktu yang lama, aku pun ikut berlari — mengukur diriku dari pencapaian, dari ekspektasi orang, dari standar yang bahkan bukan milikku.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Lama-lama aku sadar, ternyata aku gak perlu bukti apa-apa ke siapa-siapa.

Yang aku butuhkan tuh bukan kejar-kejaran lagi,
tapi menemukan cara untuk tetap waras di tengah hari yang terus berputar.

Dan anehnya, aku ketemu itu bukan dari hal besar,
tapi dari ritual kecil yang hampir gak terlihat: kopi pagi.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Ada masa-masa dalam hidup ketika semuanya terasa terburu-buru. Bangun pagi seperti lari, mandi seperti dikejar, dan pikiran sudah penuh sebelum hari benar-benar dimulai.
Di usia 40 ini, aku baru sadar bahwa yang ingin aku kejar sebenarnya bukan kecepatan… tapi kedamaian.

Dan ternyata, kedamaian itu tidak selalu datang dari liburan jauh, self-care berjam-jam, atau pencapaian luar biasa.
Kadang, ia datang dari hal yang paling sederhana: secangkir kopi pagi.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Aku punya ritual kecil.

Bukan yang wah. Bukan yang harus diabadikan di Instagram. Bukan yang penuh caption motivasi.

Hanya aku, gelas kopi, dan beberapa menit sunyi.

Biasanya aku duduk di meja makan atau di sudut kecil yang jadi tempat favoritku. Lampu masih sedikit temaram, udara masih dingin, anak belum bangun, dan dunia belum ribut.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Saat itu, aku merasa seperti kembali ke diriku sendiri—tanpa peran apa-apa.
Bukan ibu.
Bukan pekerja.
Bukan seseorang yang harus paham semuanya.

Hanya aku.

Dan kopi hangat itu terasa seperti pegangan tangan kecil, pengingat bahwa aku boleh pelan.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Dulu aku berpikir kewarasan dijaga dengan melarikan diri sejenak.
Staycation. Healing trip. Offline dari semua.
Tapi makin ke sini aku sadar… kewarasan justru dijaga lewat kebiasaan kecil yang dilakukan berulang-ulang.

Hal sederhana yang diam-diam bikin hati stabil.
Tidak besar, tapi konsisten.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Buatku, itu kopi pagi.

Ada yang bilang itu cuma kafein.
Tapi bagiku, ia jadi momen jeda sebelum dunia mulai meminta.

Karena begitu hari berjalan, aku akan kembali menjadi banyak hal:

  • ibu yang harus sabar,

  • perempuan yang harus mengurai perasaan,

  • pekerja yang harus selesai tepat waktu,

  • manusia yang harus tetap baik-baik saja di tengah semuanya.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Jadi jeda kecil ini bukan cuma soal minum kopi.
Tapi ruang untuk merapikan napas.
Mengumpulkan diri.
Menyusun hati supaya tidak tumpah saat hari menguji.

Kadang aku cuma menatap jendela.
Kadang aku nulis sedikit di notes handphone.
Kadang aku berdoa pelan: “Semoga hari ini lembut ya.”

Tidak ada aturan. Tidak ada target.
Yang penting aku hadir untuk diriku.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Dan lucunya, semakin aku memberi ruang kecil untuk diri sendiri, semakin aku bisa hadir penuh untuk orang lain.

Ternyata benar ya, kita tidak bisa menuangkan apa pun kalau gelas kita kosong.

Kalau kamu sedang merasa hidupmu ramai…
pelan.
Tarik napas.
Cari satu kebiasaan kecil yang bisa kamu genggam setiap hari.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Tidak harus kopi.

Bisa teh.
Bisa lima menit stretching.
Bisa journaling dua kalimat.
Bisa menyiram tanaman pagi-pagi.
Bisa duduk tanpa melakukan apa-apa.

Yang penting:

  • kamu hadir.

  • kamu berhenti sejenak.

  • kamu dengar dirimu sendiri.

Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras

Karena pada akhirnya,
kewarasan bukan soal seberapa kuat kita bertahan,
tapi seberapa lembut kita memperlakukan diri sendiri saat lelah.

Hari ini aku masih duduk di meja yang sama.
Kopi masih mengepul pelan.
Dunia masih akan ramai sesudah ini.

Tapi setidaknya, sebelum semuanya dimulai,
aku sudah pulang ke diriku terlebih dahulu.

Dan itu cukup.
Untuk hari ini.
Untuk aku yang sedang belajar melangkah pelan-pelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)