Ada satu hal yang selalu aku sadari sejak dulu: aku punya rasa ingin tahu yang besar pada hal-hal yang bersentuhan dengan kata, visual, dan cara sebuah pesan bisa menyentuh hati orang lain.
Aku selalu tertarik pada bagaimana sebuah cerita bisa hidup, bagaimana sebuah gambar bisa bicara, dan bagaimana satu konten yang tepat bisa membuat seseorang merasa “aku merasa ini aku banget.”
Aku tidak selalu menyadari bahwa aku berada di dunia kreatif.Tapi kalau aku menengok ke belakang, aku melihat jejak-jejaknya—kecil, pelan-pelan, tapi konsisten.
Dari suka nulis curhatan di blog, bikin caption panjang di Instagram, sampai utak-atik desain sederhana di Canva. Ternyata semua itu menuntun aku ke satu hal besar: dunia kreatif adalah rumahku.
Dan aku senang, di usia yang matang seperti sekarang, aku bisa bilang itu dengan mantap—bahwa aku bahagia berada di sini.
Dunia Kreatif yang Menghidupkanku
Ada rasa hangat tersendiri saat aku mulai membuka Canva, memilih warna, merangkai layout, lalu melihat visual yang tadinya kosong pelan-pelan punya “rasa.”
Atau saat aku memulai sebuah tulisan blog, menuliskan paragraf pembuka yang pelan tapi penuh napas, lalu membiarkan kata-kataku berjalan ke mana pun ia ingin pergi.
Buat banyak orang, ini mungkin sekadar pekerjaan.
Tapi buatku, ini adalah cara aku bernapas.
Dunia kreatif itu bukan hanya tentang estetika, tapi tentang membawa sesuatu yang tadinya hanya ada dalam pikiran menjadi nyata.
Tentang bagaimana satu ide kecil bisa berubah menjadi cerita, menjadi pesan, menjadi sesuatu yang terasa.
Dan itu… menyenangkan.
Bahkan, menyembuhkan.
Pengalaman di Digital Agency: Belajar Mendengar
Perjalanan profesionalku makin dalam ketika aku bekerja sebagai Social Media Specialist di digital agency.
Di sana aku belajar bahwa dunia kreatif bukan hanya soal kita, tapi tentang membangun sesuatu yang bisa terhubung dengan orang lain.
Aku bekerja dengan tim yang sebagian besar generasi Z—energinya cepat, idenya meledak-ledak, penuh antusiasme.
Di situ aku belajar satu hal penting: dunia kreatif itu tumbuh dari ruang yang aman untuk berekspresi.
Aku memimpin tim, mendengarkan mereka, mengarahkan ritme, dan menjaga agar ide tidak hanya cantik di kepala, tapi juga bisa dieksekusi.
Bukan hanya “bagus,” tapi tepat sasaran.
Bukan hanya ramai, tapi bermakna.
Dan rasanya… aku cocok di sana.
Aku senang berada di tengah ide yang berseliweran, strategi yang harus dipikirkan matang, dan kampanye yang butuh cerita yang kuat untuk berdiri.
Pengalaman di Startup: Belajar Bergerak Cepat Tapi Tetap Bernyawa
Lalu aku melanjutkan karier sebagai Social Media Team Lead di startup aplikasi kesehatan.
Startup itu dunia yang serba cepat: keputusan dibuat hari ini, eksekusi besok, evaluasi lusa.
Segalanya bergerak tanpa menunggu kita siap.
Di situ aku belajar bahwa konten bukan hanya harus kreatif, tapi juga relevan dan responsif.
Tentang bagaimana memahami audiens dengan sungguh-sungguh.
Tentang bagaimana angka dan engagement bukan sekadar data, tapi cerminan hubungan.
Aku belajar menulis seperti sedang bicara.
Bukan menggurui, bukan juga sekadar informatif, tetapi mengajak orang merasa ditemani.
Dan pada akhirnya, aku sadar: aku selalu kembali ke satu hal—cerita.
Karena bagaimanapun strateginya, sekompleks apa pun platformnya, yang membuat orang berhenti dan merasa terhubung adalah cerita.
Content Management, Blogging, dan Canva: Ruang Bermain yang Menjadi Ruang Berkembang
Blog bagiku bukan sekadar platform.
Ia adalah jurnal, ruang pengakuan, ruang refleksi, ruang pertumbuhan.
Sementara Canva, media sosial, dan content management adalah ruang eksekusi—tempat aku menerjemahkan rasa menjadi visual dan strategi.
Aku suka merangkai konten dari nol:
-
mulai dari riset audiens,
-
menentukan tone of voice,
-
menulis copy yang hangat,
-
memilih visual yang lembut tapi kuat,
-
sampai memikirkan CTA yang terasa halus tapi mengajak.
Dan setiap kali aku menekan tombol publish, ada rasa yang sama seperti saat kita mengirimkan sesuatu yang kita jaga sepenuh hati:
semoga ia menemukan seseorang yang membutuhkannya.
Dunia Kreatif Ini Membesarkanku
Ada satu hal kecil yang selalu aku lakukan ketika sedang memikirkan konsep konten atau menyusun ide tulisan: aku suka doodle. Kadang cuma bentuk bunga sederhana, garis-garis melingkar, atau huruf-huruf kecil yang mengisi sudut halaman.
Bagi orang lain mungkin terlihat sepele, tapi doodle itu seperti cara otakku bernafas.
Dari garis-garis kecil yang tak berarti, sering kali muncul ide besar.
Dan mungkin, memang begitu cara dunia kreatif bekerja — dari hal-hal sederhana, pelan-pelan menjadi sesuatu yang utuh.
Dunia kreatif membuatku tumbuh.
Ia mengajariku:
-
bahwa kata-kata bisa menyembuhkan,
-
bahwa visual bisa menenangkan,
-
bahwa komunikasi bukan hanya bicara, tetapi mendengar dan merasakan.
Ia memberiku ruang untuk tetap jadi diriku — seorang perempuan, ibu, pekerja, penulis, pembelajar — yang terus mencari dan terus tumbuh.
Dan aku tahu, perjalanan ini masih panjang.
Tapi selama aku masih bisa menulis, bercerita, merangkai visual, dan membuat konten yang bernyawa—aku ingin tetap ada di sini.
Di dunia yang membuatku merasa hidup.








Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)