Ada luka yang bisa sembuh dengan cepat.
Ada yang cukup diberi waktu dan menghilang sendiri.
Tapi ada juga… luka yang diam-diam tinggal.
Gak bikin berdarah, tapi kadang masih nyut-nyutan.
Dan dulu aku pikir, satu-satunya cara untuk bahagia adalah dengan menghilangkan semua luka.
Sampai akhirnya aku sadar: gak semua luka harus dihapus. Ada yang cukup kita peluk, kita kenali, dan kita ajak jalan bareng. So, shall we start now ...
Luka yang Gak Kelihatan, Tapi Terasa
Waktu orang-orang bilang, “Move on aja…”, aku cuma senyum.
Bukan karena gak mau. Tapi karena gak semua hal bisa dipaksakan pulih.
Apalagi luka batin yang bentuknya gak kelihatan, tapi efeknya bisa terasa sampai ke hari ini.
Aku pernah terluka karena ekspektasi yang gak kesampaian.
Pernah kecewa karena orang yang aku percaya, akhirnya ninggalin.
Dan pernah marah sama diri sendiri, karena ngerasa “kenapa sih aku gak cukup baik?”
Lukanya gak kelihatan. Tapi dampaknya nyata.
Bikin aku ragu, jadi takut melangkah, bahkan kadang nyalahin diri sendiri diam-diam.
Belajar Berdamai, Bukan Melupakan
Luka itu sempat aku hindari.
Aku tutupin dengan sibuk kerja, sibuk ngurus anak, sibuk jadi “baik-baik aja”.
Tapi semakin aku pura-pura gak luka, semakin kencang rasa itu minta dilihat.
Sampai akhirnya aku berani duduk, sendiri.
Lihat luka itu baik-baik.
Tanya, “Kamu kenapa sih sakit banget?”
Dan ternyata… jawabannya bukan karena hal besar. Tapi karena aku gak pernah kasih ruang buat ngerasa.
Akhirnya aku belajar:
aku gak harus ngelupain semuanya untuk bisa melanjutkan hidup.
Aku cuma perlu berdamai. Pelan-pelan.
Terima bahwa luka itu bagian dari perjalanan.
Healing Versi Aie: Pelan Tapi Pasti
Proses healing versiku gak dramatis.
Gak selalu tentang liburan ke tempat sepi atau meditasi berjam-jam.
Kadang cuma nulis di notes tengah malam.
Atau nangis diam-diam setelah beresin cucian piring.
Kadang juga sekadar bilang ke diri sendiri,
“Gak apa-apa ya, hari ini kamu capek.”
Aku mulai pelan-pelan:
-
Bikin journaling harian
-
Sadar napas pas mulai overthinking
-
Cerita ke teman yang bisa dipercaya
-
Dan yang paling penting: maafin diri sendiri karena pernah terluka
Healing gak harus instan.
Yang penting terus jalan. Walau pelan. Walau mundur sedikit. Tapi gak berhenti.
Luka Itu Gak Jahat, Dia Cuma Pengingat
Hari ini aku bisa bilang:
luka-luka itu gak jahat.
Mereka bagian dari kenapa aku jadi sekuat ini sekarang.
Mereka ngajarin aku batas, keberanian, dan kepekaan.
Dan saat aku lihat diri sendiri di cermin, aku tahu:
“Aku bukan cuma hasil dari hal-hal baik yang pernah terjadi. Tapi juga hasil dari luka yang berhasil aku rawat dengan sabar.”
Gak Apa-Apa Kalau Masih Sakit, Asal Jangan Sendirian
Kalau kamu lagi ngerasa ada luka yang belum sembuh,
yang masih suka datang di malam sepi,
yang bikin kamu bertanya-tanya,
“Aku kenapa sih gini terus?” —
percaya deh, kamu gak sendirian.
Gak semua luka harus hilang.
Tapi kamu bisa belajar jalan bareng mereka.
Dengan langkah yang lebih kuat, hati yang lebih lembut, dan diri yang lebih penuh kasih.
Apa luka yang masih kamu ajak jalan sampai hari ini?
Gak perlu cerita detail, cukup bilang,
“Aku juga lagi belajar pelan-pelan.”
Aku bakal ada di sini, baca, dan peluk kamu dari jauh 🌷
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)