Bagaimana Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas?

Jumat, 02 Desember 2022

Setiap orang bisa menjadi korban bencana alam termasuk OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) dan penyandangan disabiltas. Meski BPNB sudah punya rencana mitigasi bagi kelompok disabilitas, namun dalam pelaksanaannya tetap perlu pengawasan dari berbagai pihak. Jadi bagaimana penanggulangan bencana bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas? Let's start the review now ...

Bagaimana Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas?

Tanggal 29 November 2022 kemarin, aku mengikuti talkshow KBR yang mengangkat tema, "Penanggulangan Bencana Inklusif Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas" yang dibawakan oleh Rizal Wijaya sebagai host, lalu sebagai narasumber Drs. Pangarso Suryotomo selaku Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB dan Bejo Riyanto selaku Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (Pelita), Disabilitas Terdampak Bencana. 

Indonesia sudah mempunyai peraturan untuk penyandang disabilitas, antara lain peraturan UU nomor 8 tahun 2016 dan Perka BNPN nomor 14 tahun 2014 tentang penanganan, perlindungan, dan partisipasi penyandang disabilitas dalam penanggulangan bencana.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau yang disingkat BNPB sejak awal tahun sampai November 2022 sudah ada sekitar 3000 peristiwa bencana alam di seluruh Indonesia. Dari data ini bisa disimpulkan setiap orang bisa jadi korban bencana alam, tak terkecuali dengan penyandang disabilitas dan juga OYPMK. 

Bagaimana Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas?

Dari talkshow ini bisa disimpulkan bahwa mitigasi bagi penyandang disabilitas dan OYPMK adalah sebagai berikut:

  • Stigma yang beredar di masyarakat adalah kusta dan OYPMK harus dijauhi karena dapat menularkan penyakit tentu ini dapat menghambat dalam proses evakuasi penyandang disabilitas. Diskriminasi ini juga terjadi saat harus mengevakuasi OYPMK dan penyandang disabilitas.
  • Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang dapat mengalami masalah sangat kompleks serta menimbulkan disabilitas ganda yaitu seseorang dengan kusta bisa mengakibatkan disabilitas saraf sensorik ataupun motorik. Dalam kondisi seperti ini penderita kusta juga harus berhadapan dengan stigma yang ada di masyarakat.
  • Bapak Bejo Riyanto yang juga penyandang disabilitas dan OYPMK sangat menyayangkan hal tersebut. Diskriminasi ini tidak sepatutnya terjadi jika stigma bisa dipatahkan dengan seringnya dilakukan penyebaran informasi yang valid pada seluruh masyarakat terkait OYPMK. Penyandang disabilitas jangan hanya dijadikan objek melainkan ingin juga diperlukan sebagai subjek karena mereka memiliki kontribusi dalam penanggulangan bencana.

Bagaimana Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas?

  • Ada beberapa upaya yang memang dilakukan untuk meningkatkan akses kesehatan inklusif bagi penderita kusta maupun penyandang disabilitas, yaitu:
  • Melakukan advokasi pada pemerintah daerah dengan implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dan orang yang pernah mengalami kusta. 
  • Mengintegrasikan peran dari masing-masing komponen stakeholder pelayanan kesehatan dan meningkatkan peran serta masyarakat pada kelompok-kelompok yang disabilitas. Mendapatkan layanan kesehatan yang inklusif diantaranya juga mengintegrasikan layanan yang lebih bagi kusta dan penyandang disabilitas.
  • Drs Pangarso Suryotomo mengatakan umumnya bencana alam di Indonesia berupa gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan gelombang abrasi. Tentu saja kita harus punya persiapan untuk menghadapi bencana alam tersebut.
  • Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memang telah melakukan berbagai upaya mitigasi dan penanganan bencana alam karena setiap orang bisa menjadi korban dari bencana alam termasuk penyandang disabilitas dan OYPMK.
Bagaimana Penanggulangan Bencana Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas?

Lalu, berkaitan dengan bencana akan di desa rawan rencana tidak sepenuhnya menggantungkan diri terhadap relawan. Ada 3 hal yang harus diperhatikan untuk dapat selamat dari bencana alam yaitu: 

1. Diri sendiri (35%)

2. Keluarga

3. Lingkungan sekitar (ini presentasenya paling besar)

4. Petugas (4%)

Selain itu desa-desa rawan bencana juga diperhatikan oeh Kemendikbud bagi pendidikan anak-anak. Mereka tetap harus melanjutkan sekolah dan sudah ada kurikulum sekolah yang bernama SPAB (Sekolah Pendidikan Aman Bencana). 

Talkshow ini menjadi semakin menarik karena antusiasnya penonton di YouTube yang memberikan pertanyaan pada narasumber. Bahkan penanya terbaik berhak mendapatakn Rp. 100.000,-. 

20 komentar

  1. pembahasannya menarik ya, karena memang kl (amit2) ada bencana alam, menyelamatkan diri sendiri aja kita suka gak tau gimana caranya. Padahal ada anggota kelg yg perlu pertolongan kita juga.

    BalasHapus
  2. Meskipun penyandang disabilitas dan OYPMK, namun ketika ada bencana, semua orang bisa turut membantu dan saling memberikan kontribusinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki yaa.. Ini bagus sekali untuk terus mendukung dan memberi akses bagi siapa saja di tengah bencana.

    BalasHapus
  3. Setuju dengan apa yang disampaikan oleh Pak Bejo Riyanto. Patahkan stigma, maka diskriminasi perlahan bisa berhenti, salah satunya dengan penyebaran informasi yang valid pada seluruh masyarakat terkait OYPMK. Persis seperti yang sedang dilakukan oleh Mbak Aie di sini, dan juga oleh teman-teman blogger lainnya.

    BalasHapus
  4. Iya ya, bencana alam itu memang datangnya mendadak, jadi semua orang termasuk penyandang disabilitas dan OYPMK memang bisa saja menjadi korban, bisa sama-sama jadi pengungsi.

    BalasHapus
  5. Semoga dengan pengawasan berbagai pihak Orang Yang Pernah Mengalami Kusta dan penyandangan disabiltas bisa lebih siap dalam menghadapi bencana

    BalasHapus
  6. Akhir tahun kmrn emang banyak bencana ya, semoga awal tahun ini sampai ke depannya akan baik2 saja aamiin.
    Kadang penyandang disabilitas ini terlupakan ya krn ada beberapa kebutuhan yang berbeda.
    Bagus kalau ada advokasi2 dan juga sharing kyk gini supaya paham mengenai mitigasi bencana khususnya kalau ada korban penyandang disabilitas atau OYPMK jg ya.

    BalasHapus
  7. Mitigasi bencana untuk orang sehat aja kadang masih susah, terlebih bagi penyandang disabilitas. Meski OYPMK dan penyandang disabilitas banyak juga yang memiliki kemampuan untuk menolong orang lain saat terjadi bencana. Tapi memang mereka pun butuh memiliki rasa percaya diri mampu menyelamatkan diri saat ada bencana

    BalasHapus
  8. Para penyandang disabilitas dan OYPMK memang membutuhkan dukungan dari banyak pihak untuk bisa lebih mandiri lagi. Terutama peran serta keluarga dan lingkungan sekitar. Harapan ke depannya, mereka mendapatkan ruang yang lebih luas lagi dalam bidang pendidikan dan ketenagakerjaan.

    BalasHapus
  9. ya anak - anak pasca bencana gini tetap harus sekolah dan juga trauma nya harus segera diatasi yah, keren ya sekarang sudah ada kurikulum SPAB

    BalasHapus
  10. OYPMK dan kaum disabilitas layaknya kita yg tdk mengalami kendala fisik spt mrk juga perlu dibekali banyak skill termasuk saat menghadapi ancaman bencana agar setidaknya bs tetap menyelamatkan diri. Setidaknya memitigasi resiko sehingga bs meminimalkan efek buruknya

    BalasHapus
  11. G kebayang aja sih, di saat sehat, kena bencana aja udah sedih gimana yang disabilitas ya! yaa Allah, semoga yang di penampungan care semua .. kasihan akses air minim, ruangan juga milik bersama....

    BalasHapus
  12. Turut senang adanya kepedulian dari pemerintah akan OYPMK, semoga semakin kesini masyarakat ikut peduli tidak memberi perlakuan berbeda kepada OYPMK

    BalasHapus
  13. Miris ya Aie sampai sekarang masyarakat kita masih menempel "stigma" negatif pada OYPMK. Dengan adanya talkshow ini semoga masyarakat semakin aware ya dan peduli pada OYPMK dan penyandang disabitas

    BalasHapus
  14. Masyarakat umum sepertinya masih membutuhkan edukasi tentang kondisi OYPMK, bagaimana harus memperlakukannya agar setara dengan orang lain. Saat bencana pun pertolongan yang dilakukan tidak pilah-pilih, kaum disabilitas juga harus dibantu.

    BalasHapus
  15. Aku sendiri sering berpikir, kalau ada bencana gitu gimana nasib teman-teman disabilitas. Karena pergerakan saat bencana itu kan pastinya cepat, semua orang mau ditolong duluan, nah yang kondisinya terbatas itu bagaimana. Saat di pengungsian pun saya sering mikir gimana dengan OYPMK. Apakah tetap akan dikucilkan? Itulah mengapa edukasi jadi makin urgent.

    BalasHapus
  16. Para Dishabilitas dan OYPMK memang harus mendapat insight bagaimana cara menyelamatkan diri semisal ada bencana. Tapi selain itu dari orang2 di sekitarnya juga penting untuk memiliki kesadaran untuk membantu. Stigma negatif ttg penyakit Kusta yang tdk bs disembuhkan dan penyakit menular kudu diluruskan. Sehingga masyarakat tahu dan turut membantu.

    BalasHapus
  17. BEragam ya mbak bencana alam ini, mulai dari banjir sampai gempa. Betul banget, kalau ada bencana memang sepenuhnya kita yang mengambil peran, mau selamat atau sebaliknya. Semoga kita dijauhkan dari segala mara bahaya,aamiin

    BalasHapus
  18. Penyandang disabilitas dan OYPMK juga punya hak yang sama ya Mbak pada saat terjadi bencana. Bahkan mereka pun kadang juga ingin berkontribusi dalam penanggulangan bencana.

    BalasHapus
  19. kusta dan OYPMK emang masih jadi momok ya di masyarakat, tapi yakinlah mereka juga butuh perhatian dan kesempatan yang sama dalam bekerja atau menggunakan fasilitas kesehatan.

    BalasHapus
  20. Edukasi kudu makin diperluas nih ya mba, biar mereka nggak banding-bandingin kepada mereka yang disabilitas dan OYPMK ini. Kepedulian mereka juga besar

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)