Ada momen dalam hidup ketika kita berhenti sebentar, lalu bertanya: “Aku ini sebenarnya lagi ada di fase apa, ya? Kenapa rasanya capek ngejar, tapi kosong kalau berhenti?”
Aku merasakannya tepat di usia 40-an ini. Ada rasa ingin melambat, tapi di sisi lain, ada juga dorongan lama untuk terus membuktikan diri. Ternyata, ini bukan cuma soal umur—ini tentang season hidup yang sedang aku jalani sekarang.
Life Season: Rooting & Realignment
Kalau usia 20–30-an adalah musim berlari, kejar mimpi, cari pengakuan, maka usia 40-an adalah musim mengakar.
-
Secara emosional, aku merasa tidak lagi butuh validasi sebanyak dulu. Aku lebih peduli apakah hidupku bermakna dan selaras.
-
Secara mental, aku ingin membereskan yang dulu sempat tertunda: luka lama, pola berulang, hal-hal kecil yang selama ini aku abaikan.
Jadi, season ini aku sebut sebagai Season of Rooting & Realignment. Musim ketika kita diajak untuk menata ulang akar hidup—bukan lagi sekadar berlari di permukaan.
Hidden Lesson: Melepaskan Cara Lama
-
Selalu kurang meski sudah banyak yang aku capai.
-
Hidupku lebih sibuk ngejar target daripada menemukan makna.
-
Aku stuck, padahal sebenarnya aku bisa bertumbuh ke arah baru.
Pola-Pola yang Sering Terulang
Kadang kita nggak sadar, tapi kita hidup dalam pola yang sama, hanya beda “panggung” saja. Aku coba refleksikan dengan pertanyaan ini (dan mungkin kamu juga bisa ikut jawab):
-
Dalam hal uang, apakah aku sering ngejar instan lalu cepat lelah, atau bisa konsisten dalam jangka panjang?
-
Saat ada peluang besar, aku maju penuh atau menunda dengan alasan “belum siap”?
-
Kalau bikin kesalahan, aku jadikan pelajaran atau malah bukti bahwa aku nggak cukup baik?
-
Saat fokus, aku bertahan sampai selesai atau malah pindah ke hal lain biar terasa produktif?
-
Apakah aku sering memberi energi ke orang lain biar dianggap berarti, tapi lupa mengisi ulang diriku sendiri?
Jawaban-jawaban ini bisa jadi cermin untuk melihat pola yang aku ulangi tanpa sadar—di area uang, fokus, bahkan rasa berharga.
Inner Conflict: Prestasi vs Kedamaian
Merancang Hidup yang Benar-Benar Selaras
Kalau aku bayangkan, hidup yang benar-benar aku mau itu sederhana tapi dalam:
-
Kerja: tetap kreatif, menulis dan berbagi, tapi tidak lagi dari energi “ngejar” melainkan dari energi ekspresi dan koneksi.
-
Ritme: pagi yang tenang, sore yang hangat dengan keluarga, weekend yang penuh healing time.
-
Lingkaran sosial: kecil tapi hangat. Nggak ramai tapi kosong.
-
Diri sendiri: aku merasa cukup, bahkan tanpa performa atau pencapaian besar.
Hidup ini bukan lagi lintasan lari—tapi taman yang aku rawat pelan-pelan.
30-Day How I Reset My Self
Kalau mau mulai dari titik yang sederhana, aku coba breakdown jadi 4 minggu:
Minggu 1 – Clarity
-
Journaling tiap pagi: “Apa yang sebenarnya aku butuhkan hari ini?”
-
Declutter kecil (ruang kerja atau HP).
-
Batasi distraksi digital.
Minggu 2 – Structure
-
Bikin ritme harian sederhana: tidur cukup, kerja fokus 2–3 blok waktu, ada istirahat.
-
Pilih 1 project penting → commit 30 hari.
-
Mulai gerak tubuh ringan (jalan pagi/yoga).
Minggu 3 – Direction
-
Buat vision board/mindmap hidup ideal 3 tahun ke depan.
-
Identifikasi skill/energi yang mau dikembangkan.
-
Latihan bilang “tidak” ke hal yang bikin lelah tapi nggak bermakna.
Minggu 4 – Integration
-
Review progress → apa yang bikin lega, apa yang bikin stuck.
-
Ritual self-reward (self-care, short trip, atau quality time).
-
Simpan kebiasaan kecil yang bikin tenang untuk bulan berikutnya.
Reset 3 Menit Sehari
Pertanyaan kecil ini seringkali jadi kompas, supaya aku nggak lagi jalan dengan autopilot, tapi benar-benar hadir dalam pilihan yang aku buat.
Penutup
Season hidup di usia 40-an ini ternyata bukan akhir, tapi justru titik balik. Bukan soal berhenti mengejar, tapi belajar mengakar dan merancang ulang hidup dari tempat yang lebih jujur.
Kalau kamu juga sedang ada di fase ini, mungkin kita sama-sama belajar untuk:
-
Melepaskan pola lama,
-
Menghargai proses,
-
Dan merayakan diri apa adanya.
Karena hidup yang selaras bukan soal cepat-cepat, tapi soal menemukan irama yang membuat hati tenang.
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)