Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Kamis, 03 April 2025

Lebaran tahun ini terasa berbeda. Bukan karena ada baju baru atau perayaan mewah, tapi karena ada kebahagiaan yang lahir dari dalam hati. Ramadan tahun ini menjadi perjalanan spiritual yang begitu bermakna. Setiap doa yang kulangitkan, setiap harapan yang kupanjatkan, perlahan-lahan Allah jawab dengan cara-Nya yang indah. Well, di tulisan kali ini aku mau bahas tentang bagaimana Lebaran tahun ini mengajarkanku dengan rasa syukur dan penuh tanpa tapi. So, shall we start now ...

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Sejak awal bulan Ramadan, aku berusaha untuk lebih khusyuk dalam beribadah, lebih ikhlas dalam menerima keadaan, dan lebih sadar dalam menjalani hidup. Ada rasa syukur yang membuncah ketika menyadari bahwa beberapa doa yang kupanjatkan selama ini akhirnya dikabulkan. Doa yang mungkin tidak langsung terjawab dalam sekejap, tetapi dijawab di waktu yang paling tepat.

Aku belajar bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dalam bentuk materi atau pencapaian besar. Kadang, kebahagiaan itu hadir dalam momen-momen sederhana—saat berkumpul dengan keluarga, berbagi cerita sambil menyeruput kopi, atau sekadar melihat anak tertawa bahagia.

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Lebaran Tak Harus Serba Baru, yang Penting Bermakna

Dulu, Lebaran sering diidentikkan dengan baju baru, rumah yang dihias cantik, dan makanan melimpah. Tapi tahun ini, aku memaknainya dengan cara yang berbeda. Aku memilih untuk merayakan dengan apa yang sudah ada—tanpa membeli pakaian baru, tanpa kemewahan yang berlebihan. Aku mengenakan outfit yang masih ada di lemari, yang masih nyaman dipakai, dan tetap merasa penuh serta cukup.

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Ternyata, kebahagiaan itu tidak datang dari sesuatu yang baru, tapi dari bagaimana kita bersyukur dengan apa yang kita punya. Lebaran bukan soal apa yang terlihat dari luar, tapi lebih pada bagaimana hati kita merasa utuh dan penuh cinta. Rejeki juga tidak melulu soal materi, tapi memiliki keluarga dan saudara yang baik serta perhatian adalah bentuk rejeki luar biasa yang patut disyukuri. Memaknainya dengan penuh kesadaran penuh membuat kita lebih menghargai kebersamaan dan momen-momen kecil yang sering terlewatkan.

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Self Development: Proses yang Terus Berjalan

Bulan Ramadan kali ini juga mengajarkanku banyak hal tentang perjalanan diri. Bahwa setiap orang punya prosesnya sendiri, punya perjuangannya sendiri. Aku belajar untuk lebih menghargai diri sendiri, lebih menerima keadaan tanpa terlalu banyak mengeluh, dan lebih fokus pada pertumbuhan pribadi.

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Sebagai seorang penulis dan content creator, aku pun semakin memahami bahwa tulisan-tulisan yang baik lahir dari pengalaman, dari rasa syukur, dan dari hati yang tulus. Ramadan mengajarkanku untuk lebih peka terhadap sekitar, lebih banyak mendengar, dan lebih banyak berbagi.

Di momen Lebaran ini, aku semakin yakin bahwa pencapaian terbesar bukanlah hal-hal yang bisa diukur dengan angka, tapi bagaimana aku bisa menjadi versi terbaik dari diriku sendiri. Bagaimana aku bisa terus belajar, tumbuh, dan berbagi kebaikan dengan orang-orang di sekitarku.

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Merayakan Lebaran dengan Hati yang Penuh

Lebaran tahun ini aku rayakan dengan hati yang penuh. Penuh syukur, penuh kebahagiaan, dan penuh cinta untuk keluarga. Tak perlu perayaan yang mewah, tak perlu sesuatu yang baru, karena yang paling penting adalah kehangatan bersama orang-orang tersayang.

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

Momen ini juga menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang apa yang kita miliki, tapi bagaimana kita menghargai dan mensyukuri apa yang sudah ada. Selamat Idulfitri, semoga kita semua senantiasa diberi kelapangan hati dan keberkahan dalam setiap langkah kita.

Lebaran Tanpa FOMO: Merayakan dengan Penuh Syukur dan Merasa Cukup

8 komentar

  1. Sama kak. Sudah berapa tahun ini tidak pernah beli baju baru, pakai yang ada saja. Sepakat kak untuk mensyukuri yang telah diberikan Allah pada kita. Salam hangat.

    BalasHapus
  2. Ramadan memang bulannya untuk refleksi Dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Harapannya, kita bisa terus mensyukuri segala nikmat yang diberikan setiap harinya, meskipun Ramadan telah berlalu.
    Selamat Idul Fitri juga kak. Mohon maaf lahir bathin

    BalasHapus
  3. Sepakat mbak Aie, aku pun merasakan lebaran tahun ini penuh syukur di rumah mertua. Aku bisa diterima di sana dengan berbagai kekuranganku, keluarga akur, bapak ibu sehat, bisa merayakan Idul Fitri bersama masya Allah itu rezeki.

    BalasHapus
  4. lebaran itu sesungguhnya bulan kesenangan. kembali suci setelah digambleng sebulan penuh. semestinya dirayakan dgn hati yang penuh

    BalasHapus
  5. Terima kasih sudah mengingatkan, Mbak Aie. Memang ya, tren terbaru kadang bikin sayang kalau nggak diikuti, alasannya bisa jadi biar ada memori khas di suatu tahun juga. Tapi kalau semua-semua mau diikuti juga kapan selesainya. Kecuali dalam hal ibadah ya, kadang kalau ada yang share ternyata ada strategi ibadah lebih optimal jadi kepingin juga ikutin, hehehe, meski tetap mengukur diri juga.

    BalasHapus
  6. aku kebalikan kak ai nih setelah 5 tahun akhirnya untuk lebaran kali ini aku beli baju lebaran lagi dan cukup banyak beli baju baru menyesuaikan kebutuhan saja krn banyak baju juga yang keluar dari lemari disumbangkan. wl begitu tahun ini merasakan hari raya yang lebih luar biasa dari tahun-tahun sebelumnya juga, lebih ingin banyak ibadah terutama untuk yang sunah

    BalasHapus
  7. Bulan ramadan memang bulan yang menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbanyak ibadah ya, mbak. Salut banget sama mereka yang setiap bulan ramadan itu benar-benar fokus beribadah dan pastinya bisa mendapati lebaran dengan penuh rasa syukur yaa

    BalasHapus
  8. Yang tidak berubah tiap lebaran dalam hidup aku adalah tidak pernah merasakan mudik karena ibu bapak di jakarta, kalo baju lebaran jg pakai yg ada di lemari aja masih bagus-bagus

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)