Pernahkah gak sih kamu merasa minder di hadapan seseorang yang terlihat begitu sukses, seolah-olah hidup mereka selalu diiringi keberuntungan? Mereka yang lahir dari keluarga berada, memiliki kesempatan lebih baik dalam pendidikan, karir, atau bahkan koneksi yang membuat jalan hidup mereka tampak begitu mulus. Di era media sosial ini, ketika scrolling Instagram atau TikTok, rasanya mudah sekali terjebak dalam perasaan "kok, hidup mereka enak banget, ya?" Tapi, kemudian aku tersadar bahwa setiap orang punya cerita masing-masing. Di sinilah aku belajar, bagaimana tetap menjadi diri sendiri dan memanusiakan manusia lain tanpa perlu merasa minder. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang cara bijak menghadapi mereka yang punya privilege dan keberuntungan lebih! 🌸
Aku pun pernah merasakan hal yang sama. Ketika berhadapan dengan orang-orang yang, dari kacamata kita, terlihat memiliki privilege atau keberuntungan yang luar biasa, kita kerap merasa kecil, tidak layak, atau bahkan iri. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku belajar satu hal penting: setiap manusia memiliki jalannya sendiri, dan tugas kita sebagai manusia adalah memanusiakan diri di hadapan manusia lainnya.
Pelajaran dari Sebuah Perjalanan
Beberapa tahun lalu, aku bertemu dengan seorang teman lama yang kini menjadi sosok yang sangat sukses. Kami dulu sama-sama duduk di bangku kuliah, bercanda di kantin kampus, dan menjalani kehidupan mahasiswa yang sederhana. Tapi hidupnya berubah drastis ketika ia mulai bekerja di perusahaan besar, menikah dengan pasangan dari keluarga berada, dan memulai bisnis yang sukses. Sementara itu, aku masih berjuang merintis karir, berusaha membangun diri di tengah banyaknya tantangan.
Aku ingat saat kami bertemu kembali setelah sekian lama, ada rasa minder yang tak bisa kuhindari. Tapi di tengah obrolan kami, dia mengatakan sesuatu yang membuatku tersentuh, “Aku tahu kamu bekerja keras, aku melihat semua usaha yang kamu lakukan. Kamu luar biasa.” Saat itu, aku sadar bahwa meskipun hidup kami berbeda, kami tetap bisa menghargai satu sama lain sebagai manusia. Kesuksesan atau privilege tidak seharusnya menjadi penghalang untuk saling menghormati dan bersikap baik.
Menjadi Diri Sendiri di Hadapan Mereka yang Beruntung
Kunci utama untuk memanusiakan diri adalah menjadi diri sendiri. Tidak ada gunanya berpura-pura menjadi orang lain atau berusaha menutupi siapa kita sebenarnya hanya karena merasa minder di hadapan orang yang lebih "beruntung." Bersikap baik, santun, dan menghargai diri sendiri adalah fondasi yang penting.
Kita perlu ingat bahwa setiap orang, bahkan mereka yang terlihat memiliki segalanya, pasti memiliki perjuangannya sendiri. Jangan biarkan keberuntungan orang lain membuat kita merasa rendah diri. Daripada fokus pada apa yang kita tidak miliki, mari hargai apa yang sudah ada dalam diri kita. Setiap pengalaman, entah itu kesulitan atau kegagalan, adalah bagian dari perjalanan yang membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat.
Memanusiakan Manusia dengan Kebaikan
Aku belajar bahwa cara terbaik untuk memanusiakan manusia adalah dengan memperlakukan setiap orang, tanpa memandang latar belakang atau status, dengan kebaikan yang tulus. Setiap kali kita bersikap baik pada orang lain, kita juga sedang membangun kebaikan dalam diri kita sendiri. Terkadang, menjadi orang yang santun dan ramah jauh lebih berharga daripada menjadi orang yang hebat dalam karir atau popularitas.
Ada kalanya kita merasa tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain, terutama di era media sosial yang selalu menampilkan sisi terbaik dari kehidupan orang lain. Namun, saat-saat itulah kita perlu ingat bahwa hidup tidak harus tentang siapa yang lebih hebat atau lebih beruntung. Memanusiakan manusia berarti menghargai perbedaan, merayakan keberagaman, dan tetap tulus dalam berinteraksi.
Menghadapi Privilege dengan Hati yang Terbuka
Privilege memang ada di mana-mana, dan tidak bisa kita pungkiri bahwa ada orang yang memulai hidup dengan peluang lebih baik daripada yang lain. Tapi, bagaimana kita merespon keberadaan privilege itu yang sebenarnya penting. Daripada merasa iri atau minder, kita bisa belajar dari mereka yang memiliki keberuntungan lebih, mengambil inspirasi dari cerita sukses mereka, dan tetap menjalani hidup kita dengan tekad dan kerja keras.
Menghormati orang lain, apa pun latar belakang mereka, adalah bentuk kedewasaan dan kebijaksanaan. Privilege bukan berarti seseorang tidak bekerja keras; mereka hanya memiliki pijakan yang berbeda. Dan, menjadi manusia yang bijaksana berarti memahami hal itu tanpa menghakimi atau merasa rendah diri.
Jadi Diri Sendiri dan Tetap Bijaksana
Mengakhiri cerita ini, aku ingin berbagi satu pesan penting: memanusiakan diri di hadapan manusia lain bukan tentang berpura-pura, melainkan tentang menerima diri sendiri apa adanya, tanpa kehilangan kesantunan dan kebaikan. Bersikap bijaksana dalam berbagai situasi, terutama ketika berhadapan dengan mereka yang memiliki keberuntungan lebih, adalah tanda bahwa kita sudah memahami esensi memanusiakan manusia.
Pada akhirnya, setiap dari kita punya cerita yang layak dihargai. Dan dengan menjadi diri sendiri, kita bisa menjadi inspirasi bagi orang lain—bahwa hidup bukan tentang siapa yang lebih "hebat" atau lebih "beruntung," tetapi tentang siapa yang bisa menghargai dan bersikap baik pada sesama, apa pun kondisinya.
Mari kita terus memanusiakan manusia, menghormati perjalanan hidup orang lain, dan selalu berusaha jadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. 🌸
Saya juga kadang kepikiran begitu. Kenapa mereka bisa berhasil, bisa sukses, sementara kok saya begini saja?
BalasHapusPadahal jika disyukuri, sungguh masih banyak yang lebih menderita dari saya ini...
Jadi diri sendiri dengan versi paling baik dan nyaman adalah pilihan saya juga untuk meredakan semua rasa iri dan cemburu
Ah, iya, kadang kalau inget dulu padahal berteman dekat sekarang kalau ketemu ada rasa canggung, siapalah saya dibandingkan dia. Untunglah hanya sesaat merasa begitu, karena dia juga menghargai saya. Jadi saya juga harus menghargai pencapaian saya sendiri meski nggak bisa dibandingkan dengan orang lain.
BalasHapusBalik lagi ke diri kitanya juga sih ya, karena rasa syukur dan ikhlas memang gak mudah dilakukan, sehingga lebih mudahnya malah insecure. Namun, itu alami terjadi, karena daku pun pernah berpikir demikian
BalasHapusPernah dulu, sekarang mah enggak, mungkin karena usia juga ya, sudah ditahap fokus pada diri sendiri dan kelg. Kalau dulu masih muda kan , sedikit ada keinginan pengen gini gitu kyk orng lain
BalasHapusMba Aie bisa minder padahal punya karir..lha saya gimana. Hihi. Memang ya kalau terus melihat pencapaian orang apalagi yang pernah dekat dengan kita rasanya ada aja yang kurang. Saya sampai sekarang kadang masih merasa demikian. Padahal bisa jadi mereka yang saya minderin malah merasa saya melebihi dia...Hm memang hidup sawang sinawang kalau kata orang Jawa.
BalasHapusApapun..setuju, yuk semangat menjadi versi terbaik bagi diri kita!
Keren mbak. Belakangan ini terkomneksi lagi dengan teman2 sekolah dulu yang sukses dan suka ovt oh ya startku dan start-nya aja udah bedaaa.
BalasHapusLalu suka oleng sendiri, apa yang bisa aku banggain dari diriku huhu.
Yaaa, sama kyk temenmu, temen2ku baik siiihhh. Mungkin sama problemnya di diri kita sendiri yaa, Kudu saling paham tiap manusia punya jalannya masing2.
Sukaa bangeett, ka Aie..
BalasHapusPencerahan di tengah hingar bingar orang dengan segala pencapaiannya dan apa yang mereka miliki. Kadang, sering juga membayangkan hal-hal yang di luar jangkauan. Tapi selama masih di bayangan sendiri, masih sah-sah aja kaan.. ga sampai ghibahin orang lain dan membandingkan dengan pencapaian diri sendiri.
Memang setiap orang tidak mulai dari titik yang sama.
Selalu ada effort yang mungkin gak kita tau.. atau juga ada pengorbanan besar yang kita gak tau.
Jadi memanusiakan manusia secara bijaksana ini penting sekali.
aku pernah merasakan minder dan sampe blg "enak yah jd dia" tapi akhirnya tersadar tidak tahu dibalik kehidupannya ujian apa yang sdh ia hadapi akhirnya skrg alhamdulilah sdh tdk ada rasa minder dll intinya bersyukur :)
BalasHapusAih mbak Trims .. ini jadi reminder banget buat aku. Di usia yang semakin bertambah ini kita hanya ingin hidup tenang kan ya mbak. Memanusiakan manusia dengan cara yang terbaik
BalasHapus