Kabar meninggalnya Marissa Haque yang mendadak benar-benar bikin aku tercenung. Kehilangan seseorang yang begitu dikenal bikin aku bertanya-tanya, sudah cukup siapkah aku untuk menghadapi hal serupa? Apa yang akan terjadi jika suatu hari nanti aku harus meninggalkan dunia ini lebih dulu? Sebagai seorang ibu, kekhawatiran terbesar dalam hidupku bukan hanya tentang memastikan anakku siap menghadapi dunia, tapi juga soal warisan apa yang bisa aku tinggalkan—baik untuk bekal dunianya maupun amal yang akan terus mengalir setelah aku tiada. Di artikel ini, aku ingin berbagi tentang persiapan yang sedang aku lakukan, dan semoga bisa jadi inspirasi buat kamu yang juga ingin mempersiapkan bekal untuk keluarga dan akhirat. Yuk, baca sampai habis!
Kepergian Marissa Haque yang begitu mendadak bikin aku tertegun. Jujur, aku nggak kenal beliau secara pribadi, tapi sosoknya yang dikenal sebagai artis, politisi, dan aktivis lingkungan seakan terasa dekat. Ada rasa takut dan khawatir yang langsung muncul, apalagi sebagai seorang ibu yang selalu ingin memastikan masa depan anakku terjamin, baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat.
Aku jadi berpikir, kalau aku harus pergi duluan, apakah anakku siap menghadapi dunia tanpa kehadiranku? Pertanyaan-pertanyaan ini sering banget muncul, terutama di saat seperti ini. Lalu aku sadar, ada banyak hal yang bisa dipersiapkan sejak sekarang agar anakku nggak cuma punya bekal untuk hidup di dunia, tapi juga jadi jalan amal jariyah yang bermanfaat untukku nanti.
Lebih dari Sekadar Warisan Materi
Kehidupan itu memang nggak bisa diprediksi. Seberapa sehat aku hari ini, belum tentu sama besok. Makanya aku mulai memikirkan warisan yang nggak cuma sekadar uang atau aset. Aku ingin meninggalkan sesuatu yang lebih berharga, yaitu nilai-nilai yang bisa jadi pegangan hidup anakku saat aku nggak ada nanti.
Aku berusaha ngajarin hal-hal yang menurutku penting, seperti selalu jujur, peduli sama orang lain, dan bertanggung jawab. Aku sadar, apa yang aku lakukan sehari-hari jadi contoh yang paling efektif buat anak. Selain itu, aku juga pengen anakku punya fondasi iman yang kuat. Aku mulai ngajarin doa-doa sederhana, cerita nabi-nabi, dan menanamkan nilai-nilai keislaman sejak dini, karena itu yang akan jadi bekal terkuatnya nanti.
Menulis Sebagai Legacy yang Bermakna
Setiap orang punya kesempatan untuk meninggalkan jejak kebaikan. Buatku, salah satu cara yang bisa aku lakukan adalah lewat tulisan. Aku ingin apa yang aku bagikan di blog ini bukan cuma jadi bacaan yang menarik, tapi juga bisa bermanfaat buat orang lain. Karena itulah, aku selalu berusaha menulis dengan tulus, menyampaikan pesan positif yang bisa jadi inspirasi.
Selain lewat tulisan, aku juga berusaha ikut kegiatan sosial. Mulai dari donasi kecil-kecilan sampai kegiatan yang lebih besar, aku percaya setiap kebaikan yang aku lakukan, sekecil apapun, bisa jadi amal jariyah yang nggak akan putus. Aku ingin anakku belajar dari apa yang aku lakukan, bahwa hidup ini bukan cuma tentang diri kita sendiri, tapi juga tentang bagaimana kita bisa memberi manfaat untuk orang lain.
Siap Menghadapi Ketidakpastian Hidup
Aku mulai mempersiapkan hal-hal yang mungkin nggak enak untuk dibicarakan, seperti asuransi jiwa, surat wasiat, sampai catatan penting yang perlu diketahui keluarga. Hal-hal sederhana seperti mengatur keuangan, dokumen penting, dan kontak-kontak yang harus dihubungi jadi prioritas buatku. Karena yang namanya hidup itu nggak pasti, dan aku ingin memastikan keluargaku nggak kebingungan kalau terjadi sesuatu padaku.
Selain itu, aku juga lebih serius menjaga kesehatan. Olahraga rutin, makan makanan sehat, dan tidur cukup jadi hal yang aku coba terapkan. Karena seberapa pun aku mempersiapkan semuanya, menjaga kesehatan adalah langkah pertama yang nggak boleh dilewatkan.
Investasi Akhirat: Tabungan Terbaik
Aku sadar, bekal akhirat nggak cuma tentang harta yang kita tinggalkan, tapi juga tentang amal baik yang kita lakukan selama hidup. Aku terus berusaha untuk belajar, memperbaiki diri, dan jadi ibu yang lebih baik setiap harinya. Sabar, bersyukur, dan peduli dengan sesama adalah tiga hal yang aku coba latih setiap hari.
Meninggalnya Marissa Haque jadi pengingat bahwa setiap detik itu berharga. Sebagai ibu dan seorang blogger, aku ingin melakukan yang terbaik, nggak cuma untuk anakku, tapi juga untuk siapa pun yang membaca dan terinspirasi dari tulisan-tulisanku. Pada akhirnya, yang akan tersisa adalah jejak kebaikan yang kita tinggalkan, bukan seberapa banyak yang kita miliki di dunia.
Akhir Kata: Mari Tinggalkan Jejak Kebaikan
Menyiapkan diri menghadapi kematian memang bukan hal mudah, tapi itu perlu. Semoga tulisan ini bisa jadi pengingat, bahwa hidup ini singkat dan setiap kebaikan yang kita lakukan bisa jadi tabungan amal yang berharga di akhirat nanti. Mari kita mulai membangun legacy yang nggak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan orang-orang di sekitar kita. Hidup ini sementara, tapi amal baik nggak akan habis nilainya. Yuk, kita sama-sama ninggalin jejak kebaikan, buat anak kita, buat keluarga, dan buat dunia ini.
Ini yang sering kepikiran dari lama. Apa bekal saya buat menghadap Sang Pencipta. Kalau ingat malu dan sedih. MKarena merasa belum punya bekal sama sekali
BalasHapusBener mbak, menulis juga bisa jadi ladang amal jariyah. Insyaallah tulisan2 kita akan selalu bermanfaat utk org2. Aaamiiiin
BalasHapusBelum kepikiran sampe sejauh ini tapi ah iya juga ya Mak, investasi akhirat tuh menurutku juga salah satu yang penting. Setidaknya kita udah mengusahakan kebaikan2 dunia akhirat ke keluarga maupun orang-orang terdekat di sekitar kita.
BalasHapusSemoga kebaikan yang kita lakukan, menjadi amalan yang terus mengalir pahala nya... Aamiin...
BalasHapusUsia memang tidak bisa diprediksi ya. Karenanya kita harus banyak bersiap untuk bekal di akhirat
Jadi inget kalimat ini, sebaik baik nasehat adalah kematian. Dari meninggalnya Marisa Haque kita banyak belajar, salah satunya adalah selalu menebar kebaikan, meninggalkan jejak kebaikan kepada siapapun itu
BalasHapusMbaaaa..jadi mellow lagii akutuuh. Soalnya bener-bener ngikutin aku berita ini, lewat medsos anak-anak beliau. Jadi berasa juga, gimana ya aku ntar? Aku punya bekal apa buat ‘berpulang’, dan yang paling penting gimana anak-anakku? Memang ngga mudah ngomongin masalah asjiw, surat wasiat, atau mungkin punya hutan apa ngga. Tapi itu wajib banget diomongin sih, biar ngga memberatkan kita juga kelak.
BalasHapusSaya semakin menyadari pepatah "kematian adalah nasihat terbaik" sejak 5 tahun lalu. Papah saya wafat mendadak. Masih dalam keadaan sujud usai shalat maghrib. Padahal gak sedang sakit. Siangnya juga masih ngobrol. Nyesek banget. Tapi, pesannya juga dapat banget.
BalasHapusKalau mikir dunia nggak akan ada habisnya, tapi mikir akhirat juga bawaannya juga sedih . noted ilmunya sabar, bersyukur dan peduli sesama akan aku latih setiap hari
BalasHapusSetiap orang pasti ada batas waktunya di dunia hanya cara selesainya berbeda2, semoga kita semua selalu siap menyambut ajal menjemput kapanpun ya, Aminnn YRA
BalasHapusPokoknya anak itu mencontoh orangtuanya oleh karena itu kita harus jadi contoh baik. Nanti kelak di akhirat juga akan dapat balasan dari doa anak sholeh
BalasHapusAh, iya, ya kematian memang bisa bikin kita merenung Mba Aie. Udah cukupkah bekal saya? Nanti anak yang saya tinggalkan, gimanakah keadaannya? Gimana masa depan nya. Sebuah tulisan yang mengingatkan saya tentang satu kepastian, manusia suatu saat nanti pasti akan berpulang. Lihat Suaminya Marisa Haque kayanya sayang banget sama istrinya, cinta sejati mereka bikin saya terharu.
BalasHapusAku termasuk yang terkejut dengan berita tentang kepergian Marisa Haque dan jadi ikutan berpikir panjang mbak. Semoga kita kelak bisa meninggalkan hal-hal baik bagi anak-anak kita dan mereka yang ditinggalkan yah. Terima kasih sudah diingatkan
BalasHapusBismillah, semoga saat kita pergi nanti anak2 sudah kuat secara mental dan materi..sehingga mereka nggak terpaku pada rasa sedih dan kecewa. yap..amal baik untuk bekal kita bagian hal penting yang harus dipersiapkan juga..
BalasHapusIya, kepergian Marissa Haque memang mengejutkan
BalasHapusMenjadi pengingat kita untuk hidup sehat
Dimulai dari menyiapkan bekal sehat untuk keluarga
Kejujuran, peduli dan tanggung jawab. Oke noted!
BalasHapusHarus dipersiapkan yang non-material ini ya, mbak. Soalnya ini juga yang akan membentuk mental dan karakter anak di masa depan jika sudah tidak bersama kita
Meloow bacanya..jadi reminder buatku, apakah sudah punya bekal yang cukup dan sudahkah meninggalkan legacy yang nggak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan orang-orang di sekitarku nanti...
BalasHapusSetuju banget, Mba. Mari kita menulis dan meninggalkan jejak kebaikan. Semoga bisa bermanfaat dan menjadi ladang amal yg bermanfaat bagi kita di akhirat kelak.
BalasHapusUmut ya gak ada y ang tau bisa tiba-tiba gitu. Mau bilang takut tapi kita juga haru ssiap ya, makanay perlu banget menyiapkan bekal dari sekarang. Makasih sudah diingatkan untuk menyiapkan investasi akhirat
BalasHapusSemoga dengan senantiasa mengingat kematian, kita selalu berlomba-lomba dalam beramal shalih dan menjauhi hal-hal buruk yang tidak disukai Allah.
BalasHapusKalau mikirin ini, jadi sadar bahwa hanya kematian yang bersifat pasti.
Iya kaget banget Marissa meninggal, mana masih keliatan muda dan segar. Aku pun belakangan ini teringat dengan kematian karena banyak teman yang udah berpulang. Tapi semoga dikasih umur panjang sampai anak-anak mandiri.
BalasHapusYes, sejatinya hidup di dunia itu seperti yang sering digambarkan oleh orang2 bijak : mampir minum kopi. Hanya sementara. Di waktu yang singkat itu (dibandingkan dengan kehidupan di akhirat) diharapkan kita bisa memperbanyak amal kebaikan dan berguna bagi sesama.
BalasHapusMeski tidak kenal beliau secara pribadi, aku cukup familiar dengan keluarga beliau dan pak Ikang. jd rumahku sekarang kan ada di komplek yang dulunya punya pak Ikang tp memang kemudian ada masalah sehingga dilelang dan pak ikang masih punya properti di komplek aku. Aku percaya sih klo beliau tuh cinta banget sm bu icha dan anak2nya sampai komplek aku tuh namanya Puri Marissa dan jalan2 di komplek diberi nama anak-anaknya.
BalasHapus