Pernah nggak sih kamu merasa terlalu keras pada diri sendiri? Aku pernah, dan sering. Ada masa di mana aku menyalahkan diri sendiri atas keputusan yang aku buat, merasa gagal, dan terjebak dalam overthinking berkepanjangan. Rasanya seperti nggak ada ampun buat diri sendiri. Aku yakin, kamu juga mungkin pernah ada di fase itu. Well, di tulisan kali ini aku akan bahas tentang Self-Compassion: Seni Memaafkan Diri Sendiri dan Menjadi Lebih Bahagia, shall we start now ...
Dulu, aku sering mengkritik diri sendiri kalau ada sesuatu yang nggak berjalan sesuai harapan. Aku merasa nggak cukup baik, nggak cukup pintar, dan nggak cukup kuat. Tapi semakin aku belajar tentang self-compassion, aku sadar bahwa memaafkan diri sendiri itu bukan tanda kelemahan, justru itu adalah kekuatan terbesar yang bisa kita miliki untuk menjalani hidup dengan lebih bahagia.
Apa Itu Self-Compassion?
Self-compassion atau belas kasih terhadap diri sendiri adalah sikap menerima diri apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ini bukan berarti membiarkan diri terus-menerus melakukan kesalahan, tapi lebih kepada memberi ruang untuk belajar dan berkembang tanpa harus dihantui rasa bersalah berlebihan.
Menurut Dr. Kristin Neff, self-compassion terdiri dari tiga elemen utama:
Self-kindness (Kebaikan terhadap diri sendiri) – Berhenti menyalahkan diri dan mulai bersikap lebih lembut terhadap diri sendiri.
Common humanity (Menyadari bahwa semua orang bisa berbuat salah) – Kamu bukan satu-satunya yang pernah gagal atau salah langkah, kita semua manusia dan itu normal.
Mindfulness (Kesadaran penuh terhadap emosi tanpa berlebihan dalam bereaksi) – Mengakui perasaan negatif tanpa tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut.
Kenapa Self-Compassion Itu Penting?
Kalau kita bisa berbelas kasih pada orang lain saat mereka melakukan kesalahan, kenapa kita nggak bisa melakukan hal yang sama pada diri sendiri? Self-compassion penting karena:
- Mengurangi stres dan kecemasan.
- Membantu kita bangkit dari kegagalan.
- Meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan mental.
- Membantu kita menerima diri sendiri dengan lebih baik.
Cara Menerapkan Self-Compassion dalam Kehidupan Sehari-hari
Aku tahu, ngomongin self-compassion itu gampang, tapi prakteknya bisa jadi tantangan. Ini beberapa hal yang aku lakukan untuk lebih memaafkan diri sendiri:
Berbicara dengan diri sendiri seperti kepada sahabat. Bayangkan kalau sahabatmu melakukan kesalahan, apakah kamu akan menghakimi dia habis-habisan? Nggak kan? Lalu, kenapa kita sering melakukan itu pada diri sendiri? Mulai sekarang, coba bicara pada diri sendiri dengan lebih lembut.
Menulis jurnal self-compassion. Tiap kali aku merasa down, aku menulis surat untuk diriku sendiri, seakan-akan aku menulis untuk sahabat yang sedang butuh dukungan. Cara ini bikin aku lebih mudah melihat kesalahanku dengan perspektif yang lebih baik.
Memberi ruang untuk gagal. Nggak ada manusia yang sempurna, dan kegagalan adalah bagian dari perjalanan. Daripada terus-terusan menyalahkan diri, aku belajar melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Praktik mindfulness. Dulu, aku sering terbawa arus emosi negatif tanpa sadar. Tapi sekarang aku coba lebih mindful, mengamati emosiku tanpa bereaksi berlebihan. Cukup dengan menarik napas dalam dan menyadari bahwa “Aku sedang merasa sedih, dan itu nggak apa-apa.”
Memaafkan Diri Sendiri adalah Perjalanan
Aku nggak bilang proses ini mudah, karena aku pun masih terus belajar. Tapi satu hal yang aku tahu, semakin kita berbelas kasih pada diri sendiri, semakin ringan hidup yang kita jalani. Kamu juga bisa mencobanya.
Jadi, kapan terakhir kali kamu memaafkan diri sendiri? Yuk, mulai dari sekarang.
Terkadang kita nggak sadar sudah terlalu keras kepada diri sendiri. Mungkin aku juga begitu. Kita mudah saja memaafkan orang lain tapi kenapa tidak dengan memaafkan diri sendiri. Ada masa-masa aku juga mengalami hal-hal seperti itu, padahal dunia ini sudah cukup keras kepada diriku, tapi aku membuanya semakin sulit. Sepertinya aku juga harus belajar menerapkan self compassion nih :)
BalasHapusAku pernah ngerasain ini waktu nilai kuliahku jeblok. Padahal waktu SMA aku siswi berprestasi dan bawa nama sekolah dengan banyak piala. Rasanya jadi orang gagal membuatku terus menyalahkan diri sendiri dan rasanya ingin mengulang kuliah lagi. Skrg udah berdamai sih dan semoga ada kesempatan untuk kuliah S2 sebagai ganti rasa kecewa di S1
BalasHapusAku selama ini menerapkan self awareness dimulai dengan memaafkan diri sendiri, kayak orang sekitar bilang. Mulai dari memaafkan diri sendiri, orang lain, dan masa lalu. Di bagian self-compassion, aku baru denger istilah common humanity, bener-bener ngena sih di aku kalo semua orang berbuat salah, nggak cuma aku doang ternyata.
BalasHapusArtikelnya bermanfaat banget. Di tunggu artikel self development lainnya, siapa tahu ada pengetahuan baru yang belum semua orang tahu :)
Terlalu keras kepada diri sendiri jg dampaknya gak baik buat qta dan sekitar. Saya sudah beberapa kali mengalami hal seperti ini. Overthingking yg gak terkendali. Ujung2nya terlalu sedih dgn nasib yg dialami diri sendiri.
BalasHapusMbak Aie, makasih banget udah mengangkat soal ini. Tempo hari waktu kirim tulisan buat antologi soal memaafkan, ketika kebanyakan penulis lain bikin soal memaafkan orang lain, aku pun nulisnya soal memaafkan diri sendiri. Sadar sih manusia itu tempatnya salah dan lupa, tapi rasanya kok sebel gitu kalau habis berbuat kesalahan walaupun nggak sengaja.
BalasHapusKalau sampai menulis jurnal, saya belum sanggup. Pernah beberapa kali mencoba, tapi malah jadi kayak diingetin lagi. Tapi, setidaknya udah jauh berkurang sikap selalu menyalahkan diri sendiri. Ternyata hasilnya memang lebih baik. alhamdulillah
BalasHapusSejak jadi ibu sering dengar, "Don't be too hard to yourself" karena sering menyalahkan diri padahal bukan karena diri ini dan sudah berusaha yang terbaik.
BalasHapuseh tapi gimana sih supaya tetap balance, enggak terlalu lembek dan mudah menyerah juga?
Aku kayanya jarang marah sama diri sendiri...
BalasHapusTapi kaau meratapi nasib, tentu pernah.
Salah satu yang rutin aku lakukan adalah journaling. Ketika aku menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan atas kejadian yang kurang tepat ((menurutku)), aku nulis di buku diary. And it help me much!