Ada sesuatu yang berubah di pagi ulang tahunku yang ke-40. Bukan hanya angka di kalender atau ucapan selamat dari teman-teman yang muncul di WhatsApp. Ada perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan: setengah takut, setengah syukur.
Aku ingat, beberapa hari sebelum ulang tahun itu, aku sempat melamun di depan cermin. Ada satu helai rambut putih yang muncul dengan pede di antara rambut hitamku. Dulu, melihat rambut putih mungkin akan membuatku langsung cari cat rambut atau buru-buru minta dicabut. Tapi kali ini, entah kenapa, aku hanya tersenyum. Seperti sedang berkata dalam hati: “Ya, inilah tanda hidup. Tanda bahwa aku sudah sampai sejauh ini.”
Takut Tua Itu Nyata
Jujur saja, ada ketakutan yang tidak bisa dihindari saat memasuki usia 40. Stamina tak lagi seperti dulu. Wajah mulai menunjukkan garis-garis halus. Anak sudah makin besar, artinya aku tidak lagi jadi pusat dunianya. Di tempat kerja, orang-orang yang baru lulus kuliah datang dengan semangat baru dan ide segar, kadang membuatku merasa “apakah aku sudah mulai ketinggalan?”
Dan ya, ada momen-momen ketika melihat teman sebaya yang sudah punya pencapaian besar—karier melejit, traveling ke sana-sini, atau rumah megah—aku sempat membandingkan hidupku dengan mereka.
Tapi di tengah semua rasa takut itu, ada satu hal yang diam-diam tumbuh: rasa syukur.
Syukur yang Diam-Diam Tumbuh
Syukur itu datang perlahan. Saat aku menyadari bahwa hidup di usia 40 ternyata membawa kedewasaan emosional yang tidak kumiliki di usia 20-an. Dulu, masalah kecil saja bisa bikin panik. Sekarang, aku bisa bilang ke diri sendiri: “Nggak apa-apa, ini cuma fase.”
Ada rasa tenang ketika tahu bahwa hidup tidak harus sempurna untuk bisa dinikmati. Bahwa waktu dengan anak, meski tidak selalu panjang karena aku bekerja, bisa tetap berkualitas jika diisi dengan cinta. Bahwa pencapaian di tempat kerja, meski mungkin tidak seheboh orang lain, tetap berharga karena didapat dengan kerja keras dan integritas.
Di usia 40, aku juga belajar memilih lingkungan yang sehat. Tidak lagi memaksakan diri bertahan di circle yang toxic hanya demi dianggap “teman baik.” Sekarang, aku lebih suka dikelilingi orang-orang yang mendukung pertumbuhan, yang bisa diajak tertawa dan menangis tanpa drama berlebihan.
Pelajaran Hidup di Usia 40
Mungkin inilah hal terpenting yang kupelajari: usia 40 bukan akhir, tapi justru bab baru. Bab di mana aku mulai lebih peduli pada kesehatan fisik dan mental. Bab di mana aku berani bilang tidak untuk hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai hidupku. Bab di mana aku belajar merayakan hal kecil—secangkir kopi panas di pagi hari, obrolan ringan dengan anak sebelum tidur, atau jalan-jalan sebentar di akhir pekan.
Hidup di usia 40 mengajarkanku bahwa pencapaian terbesar bukanlah apa yang bisa dipamerkan di media sosial, tapi kedamaian yang kurasakan di dalam hati.
Menutup dengan Syukur
Hari itu, di ulang tahunku yang ke-40, aku tidak lagi mengusir rasa takut. Aku membiarkannya duduk di sampingku, tapi tidak menguasai panggung hidupku. Karena di sebelah rasa takut itu, ada rasa syukur yang lebih besar. Syukur karena masih diberi kesempatan hidup, masih bisa mencoba hal-hal baru, masih bisa mencintai dan dicintai.
Hidup di usia 40 mungkin tidak selalu mudah. Tapi kalau ditanya apa yang paling kurasakan sekarang? Jawabannya sederhana: aku lebih damai, lebih menerima, dan lebih bahagia dengan diriku sendiri.
Selamat bertambah usia mba, welcome to the club.. hehehe. Kalau aku yg udh 40 plus plus ini rasanya malah makin pengen menepi dari hiruk pikuk dunia. Sekarang kayaknya rumah jadi tempat ternyaman. Emang bener mba, seiring berjalannya waktu dan bertambah usia, kita makin memikirkan kedamaian dan bukan lagi soal pencapaian.
BalasHapusHappy Milad ya Mbak Andayani🌹 Kata orang bijak hidup itu dimulai di usia 40. Semangat dan selalu bersyukur akan membuat bahagia lahir batin, dunia akhirat. Salam sehat ya.
BalasHapusAlhamdulillah ya di usia ini masih sehat, masih diberikan pekerjaan, masih diberikan keluarga yang selalu kompak dan saling dukung. Usia hanya angka. Yg penting bagaimana kita mengisinya
BalasHapusMasha Allah, adem banget bacanya. Iya ya bener usia cuma angka. Terpenting pola berpikir semakin bertumbuh dan semakin pandai bersyukur serta mencintai diri sendiri 🤩💚
HapusBanyak ilmu yang ku dapat dari baca artikel mba Aie. Jadi punya tambahan bekal saat nanti 8 tahun lagi mencapai angka tersebut (kalau ada umur).
Jadi ingat saat memasuki usia cantik ini juga aku membuat tulisan hasil kontemplasiku. yg paling mendalam adalah apa yang Allah sampaikan dalam salah satu ayat Al Quran terkait dengan usia ini. Allah Ta’ala berfirman, “Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a, “Ya Rabb-ku, tunjukkanlah kepadaku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf : 15).
BalasHapusSaya sempat overthinking ketika menjelang usia 40. Antara siap gak siap. Sempat mikir yang serem-serem. Tapi, suka atau enggak kan memang harus dilalui. Ternyata semua hanya ketakutan saya. Alhamdulillah enjoy aja di usia yang sekarang. Alhamdulillah
BalasHapusMasya Allah....betul sekali mba ..fokusnya adalah kita bersyukur diberi kesempatan untuk memasuki usia 40. Usia untuk banyak berbyat baik, memperbanyak bekal buat akhirat.
BalasHapusMemasuki usia 40 memang muncul banyak ketakutan ya, mbak terutama yang berkaitan dengan konsistensi diri dan hari tua. Alhamdulillah juga kita diberi kesempatan untuk bisa menjalani usia ini yaa
BalasHapusLebih damai dan menerima karena menyadari bahwa hidup itu balapan dengan diri sendiri, bukan dengan orang lain. Itu sih mbaa yang ku rasakan sekarang jadi kalau mulai insecure lihat postingan orang, ingat-ingat kalau bukan balapan dengan orang lain.
BalasHapusRasa syukur emang kata kunci banget utk hidup yang lebih damai dan bahagia dan menurutku ketiganya kaya sirkular yg saling berkesinambungan gitu.
BalasHapusBarakallah atas usia barunya yaa mbak Aie 😍
baca tulisan ini pas banget “usia 40” tuh nggak cuma angka, tapi kayak checkpoint di mana kita mulai sadar: nggak usah terus lomba sama orang lain, tapi lebih ke kedamaian batin dan syukur sederhana. Keep being real, Mbak Aie — aku jadi ikutan merenung juga, jangan takut tua, takut kurang syukur aja
BalasHapusBeberapa pelajaran yang saya dapatkan setelah memasuki usia kepala 4 adalah it's okay menjadi biasa-biasa saja dan tidak mencapai semua keinginan dulu di masa muda. Hidup tenang, santai dan gak ngoyo itu ternyata nikmat sekali euy.
BalasHapus