Cara Stimulasi Sosial Emosional Anak di Masa Transisi Agar Siap Bersosialisasi di Masa Depan

Rabu, 29 Juni 2022

Selain memperhatikan perkembangan fisik & kecerdasan otak, orangtua juga perlu memantau perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak terutama di masa transisi seperti sekarang ini. Hal ini karena perkembangan sosial emosional anak merupakan bekal penting membentuk karakter anak dimana pun ia berada. Untuk itu, di tulisan kali ini aku akan berbagai cara stimulasi sosial emosional anak di masa transisi agar siap bersosialisasi di masa depan. Shall we start now?

Bicara Gizi Danone

Pertumbuhan sosial emosional yang stabil diperlukan untuk menghadapi beragam tekanan, baik itu dari lingkungan keluarga sendiri, tekanan teman-teman bermainnya, hingga kondisi kritis yang mungkin dihadapinya di masa depan.

Menyambut kehangatan Hari Keluarga Nasional yang jatuh pada tanggal 29 Juni, Danone Indonesia menyelenggarakan kegiatan webinar yang mengangkat tema Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi dengan menghadirkan pembicara dr. Irma Ardiana, MAPS Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH, dan Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri.


Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi

Selama hampir dua tahun, pembatasan fisik dan sosial akibat pandemi menyebabkan masalah kesehatan yang mempengaruhi emosional, mental, dan perkembangan terutama pada anak. Anak-anak usia dini kehilangan tingkat interaksi yang merupakan tonggak penting bagi perkembangan sosial emosionalnya.

Memasuki masa transisi dimana orangtua maupun anak mulai memiliki rutinitas baru dan lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sosial menuntut adanya upaya adaptif. Tiap keluarga diharapkan dapat merespon secara memadai terhadap perubahan yang diperlukan dan menguatkan fungsi-fungsi keluarga agar mampu menghadapi situasi yang tidak diinginkan.

Bicara Gizi Danone

Perkembangan sosial emosional anak adalah kepekaan anak untuk memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan sosial-emosional sangat penting untuk berhubungan dengan orang lain. Ya! Kemampuan ini membantu mengelola emosi anak dalam membangun hubungan yang sehat dan merasakan empati. Adapun beberapa contoh keterampilan sosial-emosional yang sebaiknya dipelajari sedini mungkin, seperti:

  1. Kemampuan mengenali jika orang lain merasa sedih, dan menanyakan apakah mereka baik-baik saja
  2. Kemampuan mengekspresikan diri di depan teman-teman dan orangtua dengan cara yang berbeda
  3. Kemampuan memahami pikiran dan perasaan diri sendiri, dan mampu berhubungan dengan orang lain
Bicara Gizi Danone

Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan, “Momen transisi menjadi kesempatan baik untuk mengasah dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, utamanya dalam perkembangan sosial emosionalnya. Anak usia dini pada dasarnya rentan karena mereka bergantung pada orang dewasa untuk memenuhi kebutuhan paling dasarnya. Kami memahami bahwa anak membutuhkan lingkungan terdekatnya untuk merangsang dan memberikan kesempatan tumbuh kembang yang optimal.”

Arif menambahkan, “Sebagai perusahaan yang ramah keluarga, kami juga memberikan dukungan kepada para orangtua agar si Kecil dapat tumbuh optimal melalui pemberian cuti melahirkan bagi karyawan kami yakni cuti 6 bulan bagi ibu dan 10 hari bagi ayah. Kami juga secara aktif memberikan edukasi seputar kesehatan dan nutrisi untuk publik seperti halnya dalam Bicara Gizi hari ini. Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kolaborasi orangtua untuk dapat memberikan stimulus yang tepat agar mencapai keberhasilan dalam mengembangkan aspek sosial emosional anak.”

Bicara Gizi Anak

Pola Pengasuhan Kolaboratif Diperlukan untuk Membantu Anak Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional

Mengenai pola asuh, survei BKKBN mengungkapkan bahwa selama pandemi COVID-19, 71,5% pasangan suami istri telah melakukan pola pengasuhan kolaboratif, 21,7% mengatakan istri dominan, dan 5,8% hanya istri saja. Di sisi lain, data UNICEF menyebutkan bahwa selama pandemi orang tua mengalami tingkat stress dan depresi yang lebih tinggi, serta menilai pengasuhan anak di rumah saja memiliki risiko tersendiri. Kondisi ini sangat mungkin menghambat kemampuan orang tua untuk mengatasi emosi dan kebutuhan psikologis anak.

Di masa pandemi anak-anak banyak menghabiskan waktu di rumah saja hanya dengan berinteraksi dengan orangtuanya atau orang yang ada di rumah. Kita saja yang dewasa bisa merasakan stress selama beraktivitas di rumah saja, bagaimana dengan anak-anak? Tentu mereka merasakan hal yang sama hanya mungkin kesulitan untuk mengungkapkannya sehingga peran pola asuh kolaboratif orangtua sangat diperlukan di momen seperti ini.

Bicara Gizi Danone

Adapun cara untuk mengembangkan sosial emosional anak yang bisa dilakukan di rumah agar menjadi anak hebat yaitu:

  1. Jalin komunikasi yang baik dengan anak
  2. Mengizinkan anak merasakan perasaannya, tidak apa-apa merasa sedih, kesal, atau kecewa
  3. Ekspresikan rasa sayang kamu sebagai orangtua
  4. Gunakan ekpresi yang sederhana, hindari sarkasme atau emosi yang kompleks
  5. Alihkan perhatian ketika anak mengamuk
  6. Sabar dan beri waktu
  7. Beri teladan yang baik
  8. Responsif terhadap emosi yang anak rasakan
  9. Komunikasikan dua arah, dorong anak mencari solusi
  10. Belajar sosial emosional melalui aktivitas bermain bersama

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana, MAPS menerangkan bahwa gaya pengasuhan memengaruhi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak. Pengasuhan bersama menekankan komunikasi, negosiasi, kompromi, dan pendekatan inklusif untuk pengambilan keputusan dan pembagian peran keluarga. “Pengasuhan bersama antara ayah dan ibu menawarkan cinta, penerimaan, penghargaan, dorongan, dan bimbingan kepada anak-anak mereka. Peran orang tua yang tepat dalam memberikan dorongan, dukungan, nutrisi, dan akses ke aktivitas untuk membantu anak memenuhi milestone aspek perkembangan merupakan hal yang penting. Dalam konteks percepatan penurunan stunting, pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi sangat penting untuk memastikan kebutuhan nutrisi dan psiko-sosial sejak janin sampai dengan anak usia 23 bulan. Peran Tim Pendamping Keluarga menjadi krusial untuk mendampingi keluarga berisiko stunting dalam pemberian informasi pengasuhan di Bina Keluarga Balita. Pola asuh yang tepat dari orangtua dinilai mampu membentuk anak yang hebat dan berkualitas di masa depan.” 

Bicara Gizi Danone

Aspek Sosial dan Emosional Sangat Penting Bagi Anak Untuk Mencapai Semua Aspek Kehidupannya

Dalam webinar tersebut, Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH menjelaskan bahwa aspek sosial dan emosional sangat penting bagi anak untuk mencapai semua aspek kehidupannya dan bersaing di fase kehidupan selanjutnya dimulai dari remaja hingga lanjut usia. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memiliki pemahaman yang baik mengenai perkembangan sosial emosional anak khususnya di masa transisi pasca pandemi saat ini. 

“Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial-emosional yang dampaknya bisa berbeda tergantung dengan usia anak dan dukungan dari lingkungannya. Gangguan perkembangan emosi dan sosial dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan di masa dewasa, seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular,” ungkap Dr. dr. Bernie.

Bicara Gizi Danone

Orangtua adalah aktor utama dalam membantu keterampilan sosial emosional anak, sehingga ia mampu menjalin hubungan yang sehat dengan teman dan anggota keluarga. Makanya memang sepenting itu perkembangan sosial emosioal anak untuk mencapai kehidupannya kelak di masa depan. Bahkan, anak-anak yang mempunyai keterampilan sosial emosional yang sehat, lebih mungkin berhasil di sekolah, pekerjaan, dan kehidupan.

Memang pertumbuhan sosial emosional anak membutuhkan waktu yang dimulai dari pengalaman awal dengan orangtua, keluarga dan teman sebaya. Dokter Bernie juga menjelaskan mengenai fakta bahwa perkembangan emosi dan sosial berkaitan erat dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat. Ketiganya saling terkait dan berpengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak agar anak dapat tumbuh menjadi anak hebat. “Agar anak-anak dapat beradaptasi kembali dengan normal, memiliki keterampilan sosial-emosional yang memadai, serta memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala serta memberikan stimulasi dan nutrisi yang tepat untuk kecerdasan otak serta pencernaan yang sehat.” ungkap dr. Bernie.

Bicara Gizi Danone

Aktivitas untuk Mengembangkan Aspek Sosial Emosional Anak dalam Kehidupan Sehari-hari

Di kesempatan yang sama, Ibu Inspiratif Founder Joyful Parenting 101 Cici Desri menceritakan pengalamannya saat mempersiapkan si Kecil menghadapi transisi untuk kembali berinteraksi dengan lingkungan sosial. “Setelah menjalani pembatasan sosial selama hampir dua tahun, saya melihat ada banyak tantangan yang dihadapi si Kecil untuk kembali bersosialisasi dengan dunia luar. Proses adaptasi pun tidak selalu berjalan dengan mudah, mulai dari kekagetan si Kecil yang bertemu dengan banyak orang baru, beraktivitas dan berinteraksi dengan banyak orang membuat si kecil kadang juga menjadi frustasi. Menghadapi hal tersebut, saya dan suami mengambil bagian dalam pengasuhan dan memperkuat keterlibatan dengan si Kecil terlebih pada fase transisi saat ini,” kisah Cici.

Cici menceritakan sebagai orangtua, ia dan suami, mendorong si Kecil untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara verbal sehingga mereka dapat mengetahui apa yang dirasakan si Kecil secara emosional. Selain itu ia juga menghubungi guru dan staf terkait lainnya di sekolah si Kecil untuk memantau cara si Kecil mengatasi dan mengikuti tugas atau kegiatan. Ia juga berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang untuk mengetahui lebih jauh upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil.

Bicara Gizi Anak

Untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional anak bisa dengan melakukan beragam aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari seperti:

  1. Mengarang suatu cerita
  2. Bermain papan permainan
  3. Menggambar ekspresi
  4. Meniup lilin
  5. Mengucapka pujian
  6. Permainan “Coba Tebak Apa yang Terjadi?”
  7. Membuat dongeng bersama

Aktivitas permainan di atas membantu anak untuk melatih kemampuan sosial emosional dari rumah sehingga dapat mengembangkan empati dan simpatinya di masa depan. Hal yang sama dilakukan oleh Cici Desri selama masa pandemi yaitu menciptakan permainan yang dapat menstimulasi tumbuh kembang Nasifa. “Kami memahami bahwa fase membangun hubungan baru merupakan sebuah keterampilan. Si Kecil dapat menguasainya dengan dukungan yang tepat, terutama dari keluarga. Melalui interaksi sosial secara tatap muka langsung, si Kecil mampu menumbuhkan rasa kepercayaan baru dan merasakan kenyamanan berada di lingkungan barunya. Dengan begitu, saya yakin si Kecil bisa tumbuh menjadi anak hebat yang pintar, berani, dan memiliki empati tinggi,” tutup Cici.

25 komentar

  1. makasih sharingnya

    BalasHapus
  2. Wah tips yang sangat bermanfaat nih

    BalasHapus
  3. makasih sharingnya, mbak. dalam hal pengasuhan anak ini kita sebagai orang tua harus banyak mencari ilmu ya, mbak agar bisa membesarkan anak dengan baik

    BalasHapus
  4. Terimakasih insightnya, mbaak. Yang jelas pengasuhan anak itu sejatinya ya tanggung jawab ibu dan ayah yang harus dipelajari seumur hidup sih.
    Apalagi dengan berkembangnya jaman kaya gini. Orangtua harus paham benar-benar berhadapan dengan siapa dan bagaimana cara menghadapinya.

    BalasHapus
  5. Kebanyakan orang tua masih lebih mementingakn kecerdasan pengetahuan. Tetapi semakin ke sini kita sudah belajar sedikit demi sedikit upaya meningkatkan stimulasi sosial emosional anak. Hubungan anak dengan orangtua, keluarga, saudara, teman dan lebih luas pun jadi semakin mudah dilakoni, tidak takut atau was2 deh.

    BalasHapus
  6. IYa nih masa transisi setelah daring sekarang PR nya ya stimulasi sosial emosional anak buat kembali sosialisasi. Kami selalu stimulasi dengna mengasah untuk story telling, bisa juga dengan cerita kembali yang semalam di dongengin.

    BalasHapus
  7. Poin mengenai: "Mengizinkan anak merasakan perasaannya, tidak apa-apa merasa sedih, kesal, atau kecewa" seringkali yang aku liat di luar sana, masih ada ibu yang malah emosi kalau liat anaknya sedih/kesal. Anak diancam kalau nangis, anak ditakut-takuti kalau kesal. Anak dimarahi kalau kecewa. Saya liatnya sedih. Padahal bukan anak aja yang diijinkan untuk merasakan perasaannya, orang dewasa, dan siapa pun itu, hal yang boleh banget merasakan perasaan tertentu. Karena kita ini sejatinya memang manusia yang punya perasaan.

    BalasHapus
  8. Setujuuu, memang mengembangkan kemampuan sosial emosional anak bisa dilakukan dengan beragam aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari. Karena stimulasi sosial emosional yang terus diasah akan menjadi dasar untuk kemampuanny berinteraksi di masa depan

    BalasHapus
  9. Aku sering liat nih di Instagramnya Cici Desri tentang kegiatan anak ini. Aku udah coba semampunya aja sih. Yang penting anak ada kegiatan. Bukan main gadget doang. Ternyata aktivitas yang beragam itu bisa menstimulasi sosial emosional anak juga ya.

    BalasHapus
  10. Sejak kecil, anak-anak harus belajar berempati ya dengan orang dan lingkungan sekitarnya, karenanya stimulasi sosial dan emosional sangat penting agar si kecil bisa tumbuh seimbang, antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional . Seneng banget kalau bisa ikutan webinar parenting, jadi tambah pengetahui seputar tips dan kiat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

    BalasHapus
  11. Ini nih kayaknya keresahan banyak orang tua di masa kayak begini. Aku juga begini ke anak-anak aku yang kecil. Pandemi membuat emosi mereka fluktuatif. Beda dengan dua kakaknya yang sudah besar. Kudu mulai menerapkan tips diatas nih biar tumbuh kembang mereka bisa optimal ya.

    BalasHapus
  12. Empati itu bisa diajarkan ya mbak. Kalau anak-anak sudah terbiasa melihat berbagai empati yang terjadi di sekelilingnya otomatis mereka akan mengcopy sendiri. Mudah-mudahan dengan mengajarkan kepedulian sosial dan mengasahnya sejak kecil mereka akan tumbuh jadi manusia Indonesia yang berkualitas. Amin

    BalasHapus
  13. Salut banget sama program Danone,salah satunya memberikan cuti melahirkan selama 6 bulan dan baru tahu ternyata ayah juga dapat cuti 10 hari ya.Ini sangat membantu sekali.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya mba. Aku harap gebrakan ini akan menular ke perusahaan lain. Dengan begitu semua dapat berjalan dengan nyaman dan tumbuh kembang anak juga dapat didampingi secara optimal.

      Hapus
  14. Iya nih masa transisi ini bener2 deh ya kudu mempersiapkan mental sekaligus fisik anak, apalagi dah mulai nih banyak aktivitasnya di luar rumah gitu.
    Setuju banget sama pola asuh kolaboratif. Pandemi kmrn juga sebenarnya ada hikmahnya, kyk ayah yg biasanya ngantor jd lbh sering di rumah krn WFH jd bisa jga bantuin jagain anak2 hehe. Pas udah gak pandemi moga bisa dipertahankan nih kolaborasinya :D

    BalasHapus
  15. Benar banget. Cara-cara untuk mengembangkan sosial emosional anak yang bisa kita lakukan agar anak jadi hebat itu semua saya lakukan juga di rumah lho. Yah semoga meski hanya tindakan sederhana tapi dampaknya luarbiasa untuk perkembangan usia dan pertumbuhannya

    BalasHapus
  16. Kolaborasi orangtua sangat perlu banget ya dalam mendukung sosial emosional anak, apalagi pada saat pandemi yang akhirnya sekarang masuk masa transisi.

    BalasHapus
  17. Memang kalau ingin anak nggak main gadget mlulu, harus ada kegiatan yang lainnya ya mbak
    Emang harus kolaboratif dalam mengasuh anak

    BalasHapus
  18. Banyak yang harus dilakukan kedua orangtua ketika berkomunikasi dengan ananda sedari kecil sehingga membentuk karakter yang baik dan bisa menjadi anak dengan tingkat kecerdasan emosional yang stabil.

    BalasHapus
  19. Zaman sekarang, jadi orang tua itu tantangannya semakin berat. Harus banyak belajar, enggak hanya memikirkan kecerdasan pengetahuan saja tapi juga harus paham bagaimana mengelola emosional sang anak.

    BalasHapus
  20. Makasih sharingnya Mbak Aie.. Jadi pengingat bahwa kita akan terus dan terus belajar menjadi orangtua, lebih mengenal bagaimana anak-anak kita, agar kita bisa paham bagaimana kemudian mereka tumbuh dan berkembang dengan baik. Menjadi sosok yang baik, salah satunya dengan membersamai dan mendengarkan mereka.

    BalasHapus
  21. Iya setuju kalau anak harus memahami perasaan atau emosi yang dirasakannya termasuk rasa sedih, kecewa, marah dan tahu cara mengatasinya ya

    BalasHapus
  22. aku punya anak berkebutuhan khusus apa untuk melatih social emosinya sama dengan anak biasa, atau ada teknik khusus? iya aku ngerasa banget pentingnya kolaborasi,

    BalasHapus
  23. Aktivitas permainan memang sangat membantu anak - terutama usia balita - 10 tahunan untuk melatih kemampuan sosial emosional dari rumah sehingga dapat mengembangkan empati dan simpatinya di masa depan.

    Dulu aku juga menciptakan permainan yang dibuat - bukan karena pelit (kata sodara sodara pelit)- tapi justru karena ingin mereka tumbuh kembang dengan fase membangun hubungan plus melatih keterampilan.

    BalasHapus
  24. wah setuju banget sama ini "Bagi anak-anak, kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan interaksi sosial dapat meningkatkan masalah sosial-emosional yang dampaknya bisa berbeda tergantung dengan usia anak dan dukungan dari lingkungannya. Gangguan perkembangan emosi dan sosial dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan di masa dewasa, seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular"

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)