Kenapa Usia 40 Adalah Bab Baru, Bukan Ending

Rabu, 03 September 2025

Ada satu kalimat yang sering kudengar sejak lama: “Hidup itu dimulai di usia 40.” Awalnya, aku hanya tersenyum kecil setiap kali mendengarnya. Buatku yang waktu itu masih berusia 20-an, angka 40 terasa jauh sekali. Aku membayangkan usia itu sebagai masa di mana seseorang sudah mapan, tenang, dan tidak lagi punya banyak kejutan.

Kenapa Usia 40 Adalah Bab Baru, Bukan Ending

Tapi sekarang, ketika angka 40 sudah menempel di usiaku sendiri, aku bisa bilang: hidup di usia ini ternyata jauh dari kata selesai. Justru terasa seperti membuka halaman baru dalam sebuah buku panjang.

Perjalanan Hidup: Dari 20-an, 30-an, Hingga 40-an

Kalau kuingat-ingat, hidupku di usia 20-an penuh dengan ambisi. Rasanya ingin mencoba segalanya, takut ketinggalan tren, dan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Dunia terasa seperti arena kompetisi di mana aku harus selalu tampil terbaik.

Masuk usia 30-an, situasinya berbeda. Ambisi masih ada, tapi lebih banyak diwarnai dengan tanggung jawab. Ada keluarga yang harus diurus, pekerjaan yang menuntut, dan mimpi yang kadang harus disesuaikan dengan realita. Aku mulai belajar bahwa hidup bukan hanya tentang mengejar, tapi juga tentang menjaga apa yang sudah ada.

Kenapa Usia 40 Adalah Bab Baru, Bukan Ending

Dan sekarang, di usia 40, aku menemukan fase yang berbeda lagi. Hidup tidak lagi sekadar soal berlari kencang. Ada waktunya berjalan pelan, ada waktunya berhenti sejenak, bahkan ada saatnya menoleh ke belakang untuk tersenyum melihat perjalanan panjang yang sudah kulewati. Rasanya seperti akhirnya aku diberi izin untuk bernapas lebih dalam.

Mitos vs Realita Tentang Usia 40

Banyak orang bilang usia 40 itu “tua.”
Ada yang menganggap ini titik di mana mimpi sudah harus selesai dikejar. Kalau belum sukses, artinya terlambat. Kalau belum punya ini-itu, berarti gagal.

Kenapa Usia 40 Adalah Bab Baru, Bukan Ending

Padahal, realitanya tidak sesederhana itu. Justru banyak orang yang memulai hal-hal besar di usia 40. Ada yang baru mulai bisnis, ada yang pertama kali traveling ke luar negeri, ada juga yang berani keluar dari zona nyaman untuk mengejar hal-hal yang lebih bermakna.

Aku sendiri merasakannya. Ada hal-hal yang dulu terasa menakutkan atau terlalu “besar” untuk dilakukan, kini justru lebih mungkin dijalani karena aku sudah lebih matang. Ada rasa percaya diri yang dulu belum kumiliki. Ada keberanian untuk mencoba tanpa terlalu memikirkan penilaian orang lain.

Kenapa Usia 40 Adalah Bab Baru, Bukan Ending

Kadang aku mikir, masuk usia 40 itu rasanya mirip kayak lagi nyusun ide market day di sekolah anak—nggak cuma tentang jualan kue atau kerajinan, tapi soal gimana kita belajar kreatif, sabar, dan berani mencoba hal baru. Sama persis dengan keseharian ibu modern yang juggling antara kerjaan, rumah, sampai urusan diri sendiri. Di umur ini, aku jadi lebih paham kalau setiap hari adalah kesempatan buat menata ulang prioritas, menikmati proses, dan merayakan hal-hal kecil yang dulu sering terlewat.

Hal-Hal Baru yang Bisa Dimulai di Usia 40

Kalau dipikir-pikir, usia 40 justru membuka banyak kesempatan baru.

  • Karier baru. Banyak orang memutuskan untuk berpindah jalur karier atau bahkan memulai usaha sendiri di usia ini.

  • Hobi yang sempat tertunda. Dari menulis, melukis, belajar bahasa baru, sampai traveling—semua bisa dimulai sekarang.

  • Perjalanan spiritual. Usia 40 seringkali membuat kita lebih dekat dengan hal-hal yang menenangkan jiwa, entah itu lewat doa, meditasi, atau sekadar meluangkan waktu untuk diri sendiri.

Kenapa Usia 40 Adalah Bab Baru, Bukan Ending

Aku merasakan sendiri bagaimana beberapa hal baru mulai hadir setelah usia ini. Aku lebih berani bicara di depan orang banyak, sesuatu yang dulu membuatku gemetar. Aku mulai lebih serius menulis bukan hanya untuk pekerjaan, tapi juga sebagai cara healing. Aku juga lebih berani menata ulang prioritas, memilih apa yang penting dan melepas yang tidak lagi sejalan dengan hidupku.

Belajar Merawat Diri di Bab Baru Ini

Satu hal yang juga aku sadari: memasuki usia 40 berarti belajar lebih peduli pada diri sendiri, baik fisik maupun mental. Kalau dulu aku sering memaksakan diri lembur, sekarang aku sadar bahwa kesehatan tidak bisa ditawar. Aku mulai belajar tidur cukup, makan lebih sehat, dan olahraga meski sederhana.

Secara mental, aku juga belajar bahwa tidak semua orang harus disenangkan. Aku lebih berani membuat batasan, berkata tidak, dan memilih lingkungan yang benar-benar mendukung pertumbuhan.

Bab baru ini bukan hanya soal mencoba hal-hal baru, tapi juga tentang menjaga diri agar bisa terus bertumbuh dengan sehat.

Kenapa Usia 40 Adalah Bab Baru, Bukan Ending

Penutup: Bab Baru yang Layak Dirayakan

Jadi, benarkah usia 40 adalah ending?
Jawabannya: tidak. Usia 40 bukan akhir cerita. Ini hanyalah bab baru dalam buku hidup kita—bab yang penuh dengan kedewasaan, keberanian, dan kebijaksanaan yang tidak kita miliki di usia sebelumnya.

Mungkin memang tidak semua hal berjalan sesuai rencana. Tapi bukankah itu justru membuat hidup ini penuh kejutan?

Hari ini, aku memilih untuk melihat usia 40 sebagai awal baru. Bab yang layak dirayakan, bukan ditakuti. Karena hidup, ternyata, tidak berhenti di angka 40. Justru di sinilah banyak cerita indah baru mulai ditulis.

8 komentar

  1. He, beberapa waktu lalu aku join nulis buku antologi tentang tema bagaimana kita di 5 tahun ke depan dan aku menulis soal usia 40, judulnya "Life begins at 40" bedanya Mbak mungkin sudah mulai menjalani dan merenungi sementara aku masih berandai-andai, tapi beberapa hal sepertinya sama seperti sudut pandang bahwa usia 40 itu sebenarnya new chapter, dan bagaimana mengisi hari-hari setelahnya. Rasanya kita berdua sedang saling bercerita :)

    BalasHapus
  2. Ngomongin karir baru, aku jadi ingat realita di lapangan. Kalo mau mau switch karir kayaknya yang bisa jadi pilihan buka usaha sendiri ya mbak, soalnya kayaknya di Indonesia nggak ada perusahaan yang masih mau menerima karyawan baru di umur 40, kecuali udah bener2 berpengalaman di posisi2 penting. Btw, di fase umur 30an aku juga lagi merasakan sekarang. Idealisme masih ada, tapi tidak semenggebu2 sebelumnya karena prioritas sekarang udah beda :) Ini antara sedih sekaligus bersyukur juga. Semoga sehat selalu ya kita semua, fisik dan mental, lebih cinta sama diri sendiri juga.

    BalasHapus
  3. Kalau saya percaya kalau setiap orang mempunyai kesempatan. Namun setelah waktunya berbeda-beda. Dan banyak orang baru mendapat kesempatan di usia 40 tahun. Misalnya di usia 40 tahun pekerjaan sudah bagus. Hidup lebih mapan dan keuangan cukup. Jadi bisa jalan-jalan atau sudah punya modal untuk memulai usia. Namun memang bertambah usia. Maka pemikiran atau cara pandang seseorang juga akan berubah. Termasuk sudah merasa lebih enak saat menolak sesuatu yang tidak nyaman baginya

    BalasHapus
  4. waktu aku masih berusian 20 dan 30an dulu suka penasaran gimana ya hidupnya pas umur 40. dan setelah Allah sampaikan di usia 40 jujur aku merasa o begini ternyata. Belum sukses dan belum banyak impian tercapai namun tetap ada banyak hal bisa disyukuri. salah satu keinginanku di usia 40 ini adalah bisa terus mengembangkan diri semoga nanti bisa terwujud

    BalasHapus
  5. Rasanya gak ada kata terlambat untuk memberikan yang terbaik untuk diri sendiri yaa, ka Aie... mau itu usia 40 atau 30, rasanya mencintai diri sendiri itu wajib. Dan lebih wajib lagi untuk memberikan yang terbaik menuju rumah keabadian manusia.
    Aku kepikiraaan terus akan hal ini..

    Semoga 40 tahun menjadi awal keindahan dan keberkahan yang sesungguhnya.
    Anak-anak uda tinggal "jalan" meniti kesuksesan dan orangtua bismilllah.. mendoakan yang terbaik.

    BalasHapus
  6. Usia 40 ternyata nggak jadi penanda tamat, tapi justru titik di mana kita bisa lebarkan sayap lebih bebas. Udah nggak diburu ekspektasi orang lain, udah lebih pede sama diri sendiri, tahu mana yang penting & yang harus dilepas. Bab baru emang nggak selalu mulus, tapi pasti penuh cerita yang lebih dewasa dan bermakna!

    BalasHapus
  7. Usia saya juga sudah mendekati 40-an, memang benar di usia ini tanggung jawab kepada keluarga menjadi prioritas. Meskipun masih ada semangat untuk menjadi yang lebih baik lagi.

    BalasHapus
  8. Ternyata di setiap fase usia memang berbeda tantangan dan rasanya ya mba. Aku yang masih 30-an awal ini pas memasuki angka 30 kayak serem-serem gimana gitu hehehe. Ternyata pas datang dan dijalani yaudah hehehe. Memang pemikiran lebih matang, diri semakin tenang dan bisa memilah milih mana yang perlu di pikirin dan yang cukup di ketahui.

    Kalau usia 40 aku ingetnya Nabi Muhammad diangkat menjadi rosul di usia tersebut. Secara religius memang usia tersebut sangat matang dari banyak sisi. Intinya tetap semangat mba, terus jalani hobi dan jaga kesehatan. Nggak tua kok, hanya lebih mendewasa saja.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)