Ada masanya aku ingin jadi orang yang disukai semua orang. Serius. Dulu, rasanya tiap kali aku bikin keputusan, pasti diiringi dengan, “Eh, menurut kamu gimana ya?” atau, “Kalau aku ngelakuin ini, kira-kira orang-orang bakal mikir aku lebay gak ya?” Sampai akhirnya aku sadar: kalau terus-terusan mengandalkan validasi dari luar, kapan aku bisa percaya sepenuhnya sama suara dari dalam? Well di tulisan kali ini, lagi-lagi aku mau cerita pengalamanku berpendirian teguh di tengah ricuhnya suara di sekitar. Shall we start now ...
Sebagai seorang ibu yang juga bekerja penuh waktu, hidupku gak pernah sunyi dari komentar orang. Mulai dari “Kok anaknya ditinggal kerja sih?” sampai “Udah ibu-ibu, masih aja sibuk ngonten.” Tapi makin ke sini, aku justru merasa: berpendirian adalah bentuk tertinggi dari self-respect. Dan punya prinsip yang kuat bukan berarti keras kepala, tapi tahu mana yang pantas diperjuangkan meski harus berdiri sendirian.
Ketika Pendirian adalah Harga Diri
Aku ingat banget satu momen di kantor tempatku bekerja dulu. Ada proyek yang secara etika menurutku kurang tepat dijalankan. Semua orang terlibat, termasuk atasan. Tapi aku merasa ada yang gak beres. Bukan sok suci atau pengen jadi pembeda, tapi hatiku gak tenang kalau ikut mengiyakan.
Di tengah tekanan, aku menyampaikan keberatanku secara sopan dan diplomatis. Tentu aja, reaksinya gak semua positif. Ada yang bilang aku drama, ada yang nganggap aku terlalu idealis untuk dunia kerja yang realitanya keras.
Tapi bertahun-tahun setelahnya, aku bersyukur aku memilih pendirian itu. Proyek itu memang akhirnya gagal. Dan dari situ, aku belajar: kita mungkin gak bisa menghindari cibiran, tapi kita bisa memilih tetap teguh di jalur yang menurut kita benar.
Sendiri Tapi Gak Sepi
Satu hal yang sering aku bagikan ke teman-teman, terutama sesama ibu bekerja atau perempuan kreatif yang lagi ngerintis sesuatu: jangan takut jadi minoritas dalam pemikiran. Kadang, suara-suara yang paling keras bukan yang paling benar. Kita boleh sendiri, tapi jangan sampai kehilangan jati diri hanya demi diterima.
Aku juga pernah ngalamin waktu ada tren parenting tertentu yang lagi hype banget di lingkaran teman-temanku. Mulai dari metode belajar sampai gaya pengasuhan, semuanya kayak punya "standar emas". Aku sempat goyah, merasa jadi ibu yang kurang update. Tapi waktu aku lihat anakku tumbuh dengan baik, ceria, dan dekat sama aku, aku sadar: parenting itu gak ada yang absolut. Selama kita tahu apa yang kita lakukan berasal dari cinta dan tanggung jawab, maka kita gak perlu mengubah arah hanya karena tekanan sosial.
Berpendirian Gak Harus Kasar
Punya pendirian juga gak berarti kita harus galak atau selalu debat. Aku belajar menyampaikan keteguhan dengan cara yang tetap lembut. Diplomatis tapi tidak mengalah. Misalnya, ketika ada ide kreatifku ditolak dengan alasan “terlalu ribet”, aku gak langsung nyerah. Aku coba jelaskan value dari ide itu, tunjukkan dengan data kecil-kecilan, bahkan kadang aku eksekusi diam-diam sebagai side project untuk kasih bukti.
Dan ternyata, beberapa ide itu akhirnya diadaptasi jadi strategi utama. Pelan tapi pasti, kepercayaan itu datang karena aku percaya duluan sama nilai pikiranku.
Lingkungan Boleh Ramai, Hati Harus Tetap Hening
Makin ke sini aku belajar bahwa hidup bukan soal bikin semua orang setuju. Tapi bagaimana kita tetap bisa nyaman dengan keputusan kita sendiri, tanpa harus minta maaf karena jadi versi diri yang utuh.
Kadang yang paling menenangkan bukan validasi, tapi keberanian untuk tetap berdiri walau tanpa sorakan. Dan itu cuma bisa lahir kalau kita benar-benar kenal dan hormat sama diri sendiri.
Kamu Gak Harus Ramai untuk Bersinar
Berpendirian bukan berarti egois, tapi tahu batas dan nilai diri. Dalam dunia yang makin bising, jadi orang yang tenang dalam keyakinannya justru terasa paling terang. Apalagi buat kita—perempuan, ibu, pekerja, pencari mimpi, penjaga rumah, dan penyeimbang banyak hal—berdiri teguh adalah bentuk cinta yang paling tulus pada diri sendiri.
Jadi kalau hari ini kamu sedang merasa beda, merasa sendirian, atau merasa pendapatmu gak dianggap… ingat ini: kamu tetap berharga walau suaramu belum terdengar. Terus bicara dengan aksi. Terus percaya walau pelan. Karena meski kamu sendiri, kamu tetap bisa berjaya.
Kalau kamu setuju atau punya pengalaman serupa soal pentingnya punya pendirian, yuk sharing di kolom komentar. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman yang mungkin lagi butuh penguat untuk tetap berdiri dengan kepala tegak.
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)