3 Prinsip KORPORAT yang Bikin Hidup Working Mom Jauh Lebih Tenang

Rabu, 01 Oktober 2025

Beb, aku mau kasih tahu satu hal yang bikin aku lega banget setelah masuk usia 40: Hidup yang sempurna itu nggak ada, yang ada cuma hidup yang bermakna. Titik. Well beb, di artikel kali ini aku mau curhat tapi dengan gaya korporat, eh gimana tuh? Shall we start now...

3 Prinsip KORPORAT yang Bikin Hidup Working Mom Jauh Lebih Tenang

Dulu, aku selalu berpikir, kalau di kantor aku bisa bikin laporan CSR serapi itu, dengan indikator yang terukur, hidupku di rumah juga harus serapi itu. Ya gimana, sebagai Staf corporate secretary merangkap CSRi; struktur, governance, dan perencanaan itu sudah mendarah daging.

Tapi, begitu Darell—anakku yang remaja itu—mulai protes soal waktu, dan deadline laporan korporat bertemu dengan drama ekskul yang drama banget, aku sadar: mengelola kehidupan pribadi itu jauh lebih tricky dari Bikin Standard Operating Procedure (SOP) terumit sekalipun!

Aku seperti hidup di dua universe: Dunia P3 (People, Planet, Profit) di kantor, dan dunia P3 (Parenting, Partnership, Patience) di rumah. Seringkali, dua dunia itu tabrakan dan bikin aku mikir, hidup ini butuh auditor internal!

Sini deh, beb, kita deep talk sebentar. Aku mau cerita, bagaimana aku akhirnya memutuskan untuk nggak terlalu kaku dan malah mencoba membawa filosofi CSR ke rumah. Siapa tahu, ilmu Triple Bottom Line ini bisa menolong working mom lain yang lagi overthinking kayak aku.

3 Prinsip KORPORAT yang Bikin Hidup Working Mom Jauh Lebih Tenang

1. Ketika Profit Berubah Menjadi Waktu yang Berkualitas

Di dunia korporat, fokus utama kita pada prinsip CSR adalah Profit (Keuntungan). Semua program, termasuk inisiatif sosial, harus berujung pada nilai tambah bagi perusahaan.

Nah, bagi working mom usia 40-an sepertiku, profit itu harus diterjemahkan ulang. Profit sejatiku adalah waktu yang berkualitas—waktu di mana aku benar-benar hadir untuk Darell dan diriku sendiri, bukan hanya raga yang di rumah tapi pikiran masih di meeting terakhir.

Jujur, beb, effort untuk mencari profit waktu ini sering kali lebih sulit daripada mencari profit finansial perusahaan, ya kan?

Aku belajar menerapkan teknik administrasi untuk mencari Profit Waktu ini:

  • Mengaudit Waktu: Aku mulai mencatat detail penggunaan waktu (persis membuat time sheet). Bukan untuk menyalahkan diri, tapi untuk melihat, di mana kebocoran energi dan waktu itu terjadi? (Sama seperti menganalisis risiko operasional).

  • Mengurangi Waste: Dalam administrasi, kita selalu berupaya paperless dan mengurangi pemborosan. Di rumah, aku coba terapkan ini pada hal-hal kecil, misalnya: mengurangi waktu scrolling media sosial yang tidak relevan, atau berhenti memasak menu complicated yang ujung-ujungnya hanya menambah lelah. Hasilnya? Waste energi berkurang, profit waktu untuk Darell dan me time-ku bertambah.

3 Prinsip KORPORAT yang Bikin Hidup Working Mom Jauh Lebih Tenang

2. Mengelola People di Kantor dan People di Rumah

Prinsip kedua CSR adalah People (Masyarakat/Karyawan). Di kantor, kita memastikan hak karyawan terpenuhi, training diberikan, dan komunitas sekitar diberdayakan. Ini semua butuh empati yang terstruktur, ala INFJ banget!

Lalu, bagaimana dengan "masyarakat" terkecilku—yaitu Darell dan keluargaku?

Yes beb, sebagai ibu tahu bahwa empati adalah kekuatan kita. Tapi, menghadapi Darell yang remaja itu butuh empati yang tidak menuntut balasan. Di kantor, aku bisa mengharapkan output dari program CSR. Di rumah, aku harus belajar memberi ruang.

Darell di usia remajanya adalah stakeholder utama yang kebutuhannya terus berubah. Aku tak bisa lagi menerapkan cara parenting yang sama seperti saat dia masih SD. Dia butuh:

  • Pemberdayaan (Empowerment): Daripada menyuruh, aku berikan tanggung jawab kecil yang dia putuskan sendiri (ala program pemberdayaan masyarakat). Contoh: Membiarkannya memilih sendiri ekstrakurikuler meski aku diam-diam berharap dia memilih yang "aman."

  • Hak Bersuara (Voice): Aku menetapkan "Waktu Kritik & Saran Keluarga" mingguan—seperti town hall meeting mini—di mana semua orang (terutama Darell) boleh menyampaikan keluhan tanpa diinterupsi. Ini adalah manifestasi dari good governance di rumah.

Intinya, jika di kantor kita peduli pada stakeholder, di rumah kita harus lebih peduli lagi pada internal stakeholder kita sendiri.

3 Prinsip KORPORAT yang Bikin Hidup Working Mom Jauh Lebih Tenang

3. Menjaga Planet di Korporasi dan Menjaga Jiwa di Diri Sendiri

Prinsip ketiga CSR, Planet (Lingkungan), menekankan sustainability jangka panjang—bagaimana kita beroperasi tanpa merusak lingkungan.

Dalam konteks aku pribadi, "Planet" terbesarku adalah jiwaku sendiri. Keberlanjutan hidupku sebagai ibu, istri, dan profesional akan runtuh jika aku tidak menjaga inner planet ini.

Bagi ibu usia 40-an, sustainability diri artinya tahu kapan harus berhenti.

Aku sering bertanya pada diriku: "Apakah cara hidupku saat ini berkelanjutan 5 tahun ke depan?" Jika jawabannya 'tidak' karena aku kelelahan, maka aku harus melakukan intervensi (seperti program mitigasi risiko). Me time bukan kemewahan, tapi Program Konservasi Diri yang wajib!

Trik Sustainability ala Aie:

  1. Tetapkan Boundary: Sama seperti membatasi emisi perusahaan, aku membatasi emisi negatif dari luar. Tidak ada pekerjaan di atas jam 9 malam. Tidak ada diskusi berat parenting saat sudah di kasur.

  2. Reklamasi Diri (Self-Care): Menemukan hal-hal kecil yang "menghijaukan" jiwa. Bagiku, itu bisa berupa menulis di blog, membaca buku, atau sekadar menikmati kopi hangat sambil melihat langit pagi (ini adalah reklamasi hutan jiwa yang sempat gundul).

3 Prinsip KORPORAT yang Bikin Hidup Working Mom Jauh Lebih Tenang

Aku sadar betul, bahwa di tengah working life yang kadang penuh meeting, email tak henti, dan ekspektasi tak tertulis, mental kita bisa gampang rapuh tanpa kita sadari. Inilah ujian mental health yang sering tak terlihat—tekanan untuk selalu perform, harus berperan baik di kantor sekaligus di rumah, membuat batas antara produktivitas dan kelelahan makin tipis. Maka dari itu, aku mulai menetapkan waktu “off” yang bukan sekadar istirahat fisik, tetapi juga detoks mental: tanpa gadget, tanpa target pekerjaan, cukup diam, bernapas, dan memulihkan diri. Karena produktivitas terbaik datang dari pikiran yang sehat dan hati yang lega.

Membawa Prinsip P3 dari CSR ke rumah tangga telah mengubah sudut pandangku. Hidup bukan lagi soal balance (yang sulit dicapai), tapi soal harmony—seperti musik yang harus ada nada tinggi, rendah, dan jeda. Semua punya tempat dan waktu.

Nah, itu tadi kisah jujur dari working mom 40-an yang masih terus belajar. Aku tahu persis rasanya memikul beban dua dunia di pundak. Aku ingin kamu tahu, kamu nggak sendirian. Kita adalah bagian dari stakeholder terbesar dalam hidup kita sendiri, dan itu keren!

Sekarang giliran kamu, beb. Coba deh, ambil satu prinsip dari pekerjaanmu (apakah itu Quality Control, Finance, atau Marketing), lalu terapkan secara sengaja di rumah.

Apa lesson learned paling soulful yang kamu dapatkan dalam proses mencari harmony ini? Ceritain padaku di kolom komentar ya! Mari kita saling support dan advocate jiwa-jiwa kita. Jangan lupa istirahat, beb! Love, Aie.

12 komentar

  1. Aie, sukaaa banget sama caramu berpikir! SUMPAH MIAPAH!

    Makasih banget ya sudah membagikan cerita “dua dunia” Ibu-Profesional dengan gaya yang super relatable!

    Aku suka banget bagian “profit = waktu yang berkualitas”—serius, itu resonan banget buat aku yang juga juggling sebagai penulis / ilustrator sekaligus ibu.

    Pleeesssss bahasamu yang santai tapi tetap tajam bikin kita jadi ingat: menjaga diri itu sama pentingnya dengan mengejar target. Mantap, semangat terus ya! 🙌

    BalasHapus
  2. Bacanya sambil bayangin bagi waktu dari bangun tidur ha ha ha. Gini, aku liatnya setiap usia itu akan ada masanya ya. 40 an kan lagi top - topnya itu. Tapi keren kak, kita tahu kebutuhan kita apa ,ya kan . Jadi makin tahu ya istilahnya makin related ke target.

    BalasHapus
  3. Luar biasaaaa mbak caramu menciptakan balance, eh, harmoni yaaa nyebutnya, antara bekerja dengan ngurusin segala hal di rumah.
    Ternyata prinsip2 corporate pun bisa diterapkan dalam mengurus rumah tangga juga yaaa.
    Wah ya menetapkan boundary biar saat di rumah gak ngurusin kerjaan dan sebaliknya perlu yaa/
    Trus self care juga sangat penting supaya kita juga perhatian ke diri sendiri, gak sekadar "menyenangkan" perusahaan maupun keluarga, karena diri sendiri juga kudu diutamakan.

    BalasHapus
  4. Tulisan yang keren menurut saya. Terkadang saya juga sempat berpikir bagaimana cara membagi waktu buat keluarga di rumah dengan pekerjaan di kantor. Keduanya sangat penting. Disisi finansial sangat butuh banget tanpa mengurangi kebahagiaan di rumah. Semoga kita selalu diberikan kesehatan dan semangat untuk selalu hidup hebat. Amin

    BalasHapus
  5. Standing ovation!

    aku ngikik bagian empowerment karena ternyata sudah ku terapkan tapi judulnya jadi open volunteering gitu. Aku buat lowongan sukarelawan di rumah dengan job desc jadi Pahlawan Kebersihan (untuk bantu buang sampah) dan Pahlawan Air (untuk mengisi botol-botol minum dan buat es batu), usia minimal 5 tahun. Alhamdulillah anakku berminat mendaftar.

    Oh ya untuk pengelolaan kantor dan rumah tentu berbeda. ini ingat skripsiku tentang non-profit organization (which is bisa diterapkan di keluarga), yang dicari bukan keuntungan materi setinggi-tingginya namun lebih ke kebermanfaatan.

    BalasHapus
  6. Prinsip “profit = waktu yang berkualitas”, “people = keluarga & empati”, dan “planet = jiwa kita sendiri” itu bikin saya mikir: kerja keras oke, tapi hadir untuk diri & orang terdekat jangan sampai ketinggalan. Mantap, terus semangat!

    BalasHapus
  7. Saya setuju, hidup memang bukan soal balance yang kaku, melainkan harmoni! Konsep sustainability diri sebagai 'Planet' pribadi itu adalah pengingat penting bahwa self-care wajib dilakukan.

    BalasHapus
  8. Pada prinsipnya, apa yang dilakukan di kantor tuh bisa diboyong ke rumah kok meski dgn penyesuaian sana sini. Intinya nggak sekaku di kantor. Dan yang di rumah juga bisa diberlakukan di kantor. Kan kantor juga isinya manusia yang perlu dimanusiakan.

    Jujur sih, cara parenting kayak kakak yang demokratis ini jarang loh dikuasai org. Ortu kita yang Boomer pasti ga mau tuh kita bersuara. Semua harus nurut apa kata ortu. Padahal kan anak punya keinginan sendiri. Dan benar, semua dilatih tanggung jawab.

    Kayak pepatah yang udah kita kenal. Tut Wuri Handayani. Kita sebagai ortu hanya bisa melihat dari belakang dan ngasih tahu arah hidup anak kalo salah. Jgn selalu di depan terus. Makanya banyak anak skrg yang malah berani ngelawan ortu. Jadi pola parentingnya emg salah dari awal. Kembali lagi, ilmu parenting emg hrs dikuasai, bahkan sblm menikah.

    BalasHapus
  9. keren, mbak. prinsip di tempat kerja bisa juga diterapkan di rumah yaa. jadi ingat nih sama slogan di kantorku juga nih yang tiap hari disebutkan mungkin bisa kuimplementasikan juga di rumah

    BalasHapus
  10. Saya suka menerapkan konsep to do list dari kantor untuk diterapkan di rumah....rasanya jadi lebih tertata dan jelas urutan pekerjaan. Kerja jadi lebih rapih aja gitu.

    BalasHapus
  11. Baru tahuuu Kak Aie INFJ, samaan yaa kita. Ternyata bisa ya manajemen ala korporat ini diterapkan di rumah, dengan beberapa penyesuaian tentunya, tapi intinya masih mirip-mirip juga. Sebagai working mom umur 40 juga, berasa relate nih. Tapi memang "menekan tombol off" itu sungguh tricky sih, huhuhu.

    BalasHapus
  12. Dengan bahasa korporat, semua jadi terlihat berbeda dan menantang yaa.. menyenangkan juga untuk dijalani karena secara profesional dan terukur.
    No stressful dan pastinya jadi lebih meaningfull.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)