Kalau bisa peluk kamu di masa itu, aku bakal bisikin: 'Kamu gak harus selalu kuat kok, yang penting terus hidup. Bertahan pun bentuk kemenangan.’ Yes beb, di tulisan kali ini aku beneran mau curhat se-real mungkin tentang gimana aku berterimakasih sama diri ini 10 tahun yang lalu karena udah mau bertahan dan sekarang saatnya bertumbuh menjadi manusia yang bisa menerima semua tanpa tapi. Shall we start now ...
Pernah nggak sih kamu ngebayangin bisa ngobrol sama versi dirimu 10 tahun lalu?
Aku sering. Dan biasanya, momen itu datang bukan waktu aku merasa sukses…
Tapi justru saat aku diam, lihat ke belakang, dan sadar:
“Ternyata aku udah sejauh ini ya.”
Tulisan ini bukan cuma surat buat diriku 10 tahun yang lalu, tapi juga mungkin buat kamu — yang sekarang lagi bertahan, lagi belajar, lagi merasa nggak cukup.
Kalau kamu ngerasa dunia terlalu keras buat hati yang lembut, mungkin ini surat untukmu juga.
Dear Aku di 10 Tahun yang Lalu…
Hai kamu,
yang masih sering merasa kecil di tengah dunia yang serba cepat.
Yang kerja sambil bawa tanggung jawab rumah.
Yang kadang merasa “kok hidupku gini-gini aja?”
Aku tahu kamu capek.
Nggak semua orang lihat perjuanganmu. Tapi aku tahu kamu nggak pernah benar-benar berhenti.
Kamu tetap bangun pagi, tetap kerja keras, tetap berusaha tersenyum walau hati rasanya berantakan.
Kamu nyelipin mimpi di antara jam istirahat, dan tetap nulis blog meski cuma sempat tengah malam.
Dan kamu gak nyerah. Itu yang paling hebat.
Kamu Gak Sia-Sia, Kamu Lagi Dibentuk ...
Mungkin dulu kamu mikir,
“Kenapa hidupku lambat banget geraknya?”
“Kenapa orang lain udah sampai A-Z, aku masih di B?”
Tapi sekarang, dari sini aku bisa lihat:
Semua yang kamu jalanin waktu itu, bukan buang-buang waktu.
Itu proses.
Kamu lagi dibentuk jadi versi kamu yang lebih kuat — tapi juga lebih lembut.
Lebih tegas — tapi juga lebih bijak.
Kamu belajar ngerti diri sendiri, pelan-pelan. Kamu mulai kenal batas, kenal keinginan, kenal luka.
Dan hari ini, aku bisa bilang:
Terima kasih ya udah bertahan sejauh itu.
Sekarang Saatnya Bertumbuh ...
Dulu kamu terlalu sering mikir apa kata orang.
Takut gagal. Takut dibilang nggak bisa apa-apa.
Tapi sekarang… kamu belajar berdiri atas nama sendiri.
Kamu belajar bahwa berkembang itu gak harus heboh.
Kadang cukup dengan satu langkah kecil tiap hari.
Kayak waktu kamu pertama kali belajar desain di Canva. Atau saat kamu berani pitching tulisan ke brand pertama.
Dan kamu berhasil, bahkan saat kamu gak yakin bisa.
Sekarang kamu gak cuma bertahan.
Kamu berkembang. Kamu bikin konten, kamu nulis lagi, kamu kerja dan berkarya.
Kamu lebih jujur, lebih tenang, lebih Aie.
Tentang Luka yang Sudah Mulai Sembuh
Kamu masih inget luka-luka itu, kan?
Rasa gak dihargai. Rasa dikerdilkan. Perasaan ditinggal.
Kamu ngerasa gagal jadi versi ideal dirimu.
Tapi sekarang, aku mau peluk kamu.
Mau bilang: semua luka itu gak sia-sia.
Itu bukan akhir. Tapi jendela buat kamu lebih kenal siapa dirimu sebenarnya.
Luka itu ngajarin kamu bedain mana yang tulus, mana yang cuma numpang lewat.
Ngajarin kamu menghargai diri sendiri, bukan menunggu validasi.
Pesan Terakhir Buat Kamu (dan Kamu yang Lagi Baca)
Kalau kamu bisa baca ini, berarti kamu masih di sini.
Masih bertahan, masih belajar, masih punya harapan.
Dan itu aja udah luar biasa.
Kamu gak harus jadi versi orang lain.
Cukup jadi dirimu sendiri, yang terus bertumbuh meski pelan.
Yang gak lagi sibuk nyenengin semua orang, tapi belajar nyenengin diri sendiri dulu.
Karena sekarang saatnya kamu berkembang.
Bukan buat pembuktian. Tapi karena kamu pantas untuk bertumbuh, dengan cara dan ritmemu sendiri.
Kamu juga pernah ngerasa kayak Aie 10 tahun lalu?
Cerita dong di kolom komentar.
Siapa tahu, kisah kamu bisa jadi pelukan hangat buat orang lain yang lagi sama-sama berjuang.
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)