Ada masanya aku merasa terlalu sibuk mencintai orang lain sampai lupa bagaimana caranya mencintai diri sendiri. Merawat pekerjaan, keluarga, dan ekspektasi sosial yang terus menuntut, sampai akhirnya sadar: kita butuh jeda. Kita butuh mencintai diri sendiri, bukan lewat perawatan mahal, bukan juga lewat validasi dunia luar. Tapi lewat prioritas yang kita tentukan sendiri.
Self love buatku bukan tentang menyendiri lalu lari dari dunia. Tapi justru hadir dengan penuh untuk diri sendiri dalam hidup yang nyata. Dan itu hanya bisa dilakukan kalau kita tahu: apa yang jadi prioritas kita?
Kenali Dulu: Diri Ini Istimewa, Bahkan dengan Segala Kekurangannya
Sebagai working mom, seringkali aku dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Antara pekerjaan yang deadline-nya mepet, anak yang tiba-tiba demam, atau badan yang sudah berteriak minta istirahat. Tapi dari semua tantangan itu, ada satu hal yang selalu aku pegang: aku tetap istimewa.
Aku nggak perlu jadi ibu paling sabar sejagat, atau jadi karyawan paling cepat naik jabatan. Aku cuma perlu jujur pada diriku sendiri: bahwa dalam semua yang aku kerjakan—selama itu berasal dari hati dan aku menjalaninya dengan totalitas—maka itu sudah cukup. Bahkan luar biasa.
Self Love Bukan Tentang Ego, Tapi Tentang Fokus
Banyak orang berpikir self love itu egois. Padahal justru sebaliknya. Dengan tahu prioritas dan menghargai diri sendiri, kita jadi lebih punya energi untuk memberi.
Totalitas dalam bekerja adalah bentuk self love. Ketika aku menyelesaikan sebuah konten, menyusun strategi PR, atau menulis artikel seperti ini, aku ingin benar-benar hadir. Bukan karena ingin pujian, tapi karena aku ingin menghargai waktu dan kemampuan yang sudah dipercayakan padaku.
Begitu juga saat aku memilih untuk istirahat. Duduk sendirian di meja kopi favorit, nonton episode baru drakor, atau makan roti isi daging keju favoritku tanpa merasa bersalah. Itu semua adalah bentuk sederhana dari self love. Karena aku tahu, aku butuh ini untuk bisa kembali hadir secara utuh.
Menyusun Ulang Prioritas = Merawat Diri Tanpa Drama
Self love adalah soal menyusun ulang prioritas. Kalau hari ini kamu nggak bisa bantu semua orang, it's okay. Kalau kamu memutuskan untuk nggak datang ke acara tertentu karena badan dan mentalmu butuh istirahat, itu juga valid.
Prioritasku hari ini mungkin berbeda dengan 5 tahun lalu. Dulu aku pikir self love adalah tentang pencapaian—seberapa banyak aku bisa lakukan. Tapi sekarang, aku tahu self love adalah tentang seberapa sadar aku menjalani hari ini.
Me Time Sederhana, Tapi Bermakna
Ada kalanya aku merasa sangat drained. Saat itulah aku tahu, aku butuh recharge. Me time buatku nggak perlu ke Bali atau staycation mewah. Kadang cukup duduk di pojok ruangan dengan kopi hangat dan playlist mellow, atau nonton drama Korea sambil ngemil cokelat.
Aku juga sering menikmati waktu makan sendiri dengan tenang, tanpa scroll medsos. Just being present. Rasanya seperti memeluk diri sendiri tanpa kata.
Self Love yang Berdampak: Bukan Sekadar untuk Diri Sendiri
Yang indah dari self love dengan prioritas adalah dampaknya yang meluas. Ketika aku belajar menghargai diriku, aku juga jadi lebih peka menghargai orang lain. Ketika aku tahu batasanku, aku juga belajar menghormati batas orang lain.
Dan saat aku hadir secara penuh untuk hidupku sendiri, aku bisa lebih jujur, lebih ringan, dan lebih bahagia. Malah seringnya aku suka baca artikel tentang travel dari Travel Blogger Medan di kala deadline tak bertepi. Lumayan ada hiburan juga dan penyemangat untuk self healing dengan traveling sendiri.
Kesimpulan: Cinta Diri Itu Tentang Memilih, Bukan Melarikan Diri
Self love dengan fokus pada prioritas adalah tentang memilih apa yang kita butuhkan dan layak kita perjuangkan. Bukan karena kita egois, tapi karena kita tahu: kita juga pantas mendapatkan cinta, perhatian, dan ruang untuk tumbuh.
Dan itu semua dimulai dari hal sederhana: duduk sejenak, tanya diri sendiri, dan dengarkan jawabannya.
Filosofis banget ya artikelnya, aku menulis maka aku ada, aku menulis maka aku refresh, aku ngopi maka aku mengenal diriku sendiri, aku bekerja fokus maka aku bertanggung jawab terhadap diriku sendiri. Setuju banget sih mbak, keren ini tulisan yang rileks tapi penuh dengan refleksi, jadinya filosofis banget....
BalasHapusSelflove itu tentang menghargai diri sendiri utk menerima kurang lebih nya, baik buruknya, semangat dan lelahnya. Jd di kondisi apapun, penerimaan diri menjadi pemenang dalam mendewasakan diri di kehidupan fase manapun. Hi you, yes I love you, thank you for always be there... Sekarang aku sering bicara begitu am diri sendiri
BalasHapusKak, kita samaan. Self love kita cukup bersahabat dari segi biaya ya. Aku malah tidur sudah jadi self love. Yang penting ada waktu untuk diri kita sendiri ya
BalasHapusLoh, roti dan ngopi kan memang termasuk "healing". Mungkin kata "healing" di judul lebih tepat dengan "traveling" ya hehe. Sama kak, aku seorang ayah tapi ikut mengurus rumah tangga juga, jadi paham burnout-nya.
BalasHapusAku terbiasa makan dengan fokus. Nggak sambil scroll medsos, kerja, ngobrol. Kalaupun ada kegiatan yang dilakukan, paling nonton, yang tinggal liat doang matanya sementara tangan bebas kerjaan.
Self love itu memang perlu dan jadi salah satu prioritas mba, apalagi untuk working mom dimana tantangannya lebih double-double. Peluk virtual, salut banget deh baca artikel ini berasa kayak di mengerti dan self love layak diperjuangkan di usahakan agar diri tetap seimbang.
BalasHapusSelf love dengan sesuatu yang disukai, seperti ngopi makan roti sambil drakoran 😍 recharge sangat. Setelahnya lebih bersemangat untuk lanjutkan berbagai tanggung jawab.
me time nya sama kaya saya mba....kopi ,,,,kalau udah ngopi rasanya plong.,,,,,itu me time saya
BalasHapusmenemukan me-time yang cocok untuk diri sendiri itu sebuah pencapaian loh. Setelah trial error dan sempat fomo dengan drakor (hahaha...) ternyata me-time aku itu berupa segelas teh tarik dingin.
BalasHapusBener banget, menurut aku mah, self love tuh nggak selalu harus healing ke tempat jauh yang bikin dompet ngos-ngosan. Kadang cukup duduk manis di pojokan kafe, nikmatin roti hangat, kopi panas, sambil maraton baca ebook favorit atau nonton film. Simple, murah meriah, tapi hati langsung auto recharge.
BalasHapusburnout emang kerap jadi persoalan yang selalu dirasakan setiap ibu ya, baik IRT maupun ibu bekerja. Dengan beban dan tanggung jawab yang sama, meski sudah berbagi tugas dengan pasangan, burnout tetap bisa dirasakan. Yaah, begitulah menjalani aktivitas harian ya mba, sekolah ada ada hari liburnya, kerja juga ada off nya, tapi menjadi ibu, gak ada liburnya, wkwkwkwk.
BalasHapusJadi, me time itu harus sih, emang gak harus mahal apalagi healing jauh-jauh gitu, cukup rebahan sambil drakoran udah cukup recharge energi dan mood.
Kalau saya pribadi selalu menerapkan prinsip, "jangan memaksakan diri", dalam artian, kalau emang badan udah cape, ya udah hari itu rebahan deh jangan beres-beres rumah, biasanya di hari minggu. Kalau gak mau masak ya jangan, bisa beli, cape nyuci baju, kalau ada budget lebih yaaa ke jasa laundry deh.
Semoga kita semua sehat-sehat ya, fisik dan mental, dan yang paling penting, utamakan kesehatan mental sendiri juga, karena ibu bahagia akan melahirkan keluara yang bahagia juga.
burnout emang kerap jadi persoalan yang selalu dirasakan setiap ibu ya, baik IRT maupun ibu bekerja. Dengan beban dan tanggung jawab yang sama, meski sudah berbagi tugas dengan pasangan, burnout tetap bisa dirasakan. Yaah, begitulah menjalani aktivitas harian ya mba, sekolah ada ada hari liburnya, kerja juga ada off nya, tapi menjadi ibu, gak ada liburnya, wkwkwkwk.
BalasHapusJadi, me time itu harus sih, emang gak harus mahal apalagi healing jauh-jauh gitu, cukup rebahan sambil drakoran udah cukup recharge energi dan mood.
Kalau saya pribadi selalu menerapkan prinsip, "jangan memaksakan diri", dalam artian, kalau emang badan udah cape, ya udah hari itu rebahan deh jangan beres-beres rumah, biasanya di hari minggu. Kalau gak mau masak ya jangan, bisa beli, cape nyuci baju, kalau ada budget lebih yaaa ke jasa laundry deh.
Semoga kita semua sehat-sehat ya, fisik dan mental, dan yang paling penting, utamakan kesehatan mental sendiri juga, karena ibu bahagia akan melahirkan keluara yang bahagia juga.
Paling sepakat sama kalimat Kak Aie yang ini :
BalasHapus"Yang indah dari self love dengan prioritas adalah dampaknya yang meluas."
Demi apa, self love tuh sebenarnya ajang untuk membuat keadaan di sekitar diri kita juga jadi baik, jadi nyaman, jadi ramah sama segala aktivitas yang harus ditunaikan. And yesss, healing dan me time itu penting. Bukan egois, namun memberi jeda agar tetap sehat jiwa menjalani segala tuntutan duniawi.
burnout memang bisa dialami siapa saja sih. Makanya pentingnya banget me time untuk relaksasi diri.
BalasHapuskegiatan sederhana seperti ngopi, berkebun, dan main dengan hewa peliharaan bisa jadi cara sederhana buat me time dan relaksasi. Biar siap menghadapi kerasnya hidup.
Nggak mesti yang mahal.
BalasHapusHal sederhana di sekitar kita dan bisa membuat bahagia, ini dia bisa jadi self love sehingga hal-hal gak menyenangkan bisa dihempaskan
Aku kadang self love-nya dengan keliling naik transJakarta, tapi di jam-jam kosong. Lumayan lho, modal 3500 bisa gantiin suasana dan perasaan tenang yang kudapat saat travelling.
BalasHapus